Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Industri 4.0 sudah di depan mata. Perusahaan teknologi di penjuru dunia pun bersiap melemparkan teknologi super-canggih ke pasar industri dunia, tak terkecuali Indonesia, pada tahun depan. Microsoft menjadi salah satu entitas yang antusias menghadapi industri 4.0 di negeri ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ditemui Andi Ibnu dari Tempo, Haris Izmee mengakui banyak aspek penting yang menandakan tren industri di Indonesia tahun depan. Namun Presiden Direktur Microsoft Indonesia itu mengatakan bakal mengedepankan inovasi komputasi awan dan kecerdasan buatan sebagai tombak lini bisnis perusahaannya. "Banyak orang hanya tahu produk kami Windows Office. Padahal kami perusahaan cloud dan artificial intelligence (AI)," ujarnya di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut ini petikan wawancaranya.
Lama sekali eksis di Indonesia, bagaimana Microsoft bisa bertahan?
Kami sudah di Indonesia sejak 1995. Alasan kami bisa bertahan dan menjadi salah satu market leader karena selaku berinovasi. Selain inovasi, arah bisnis kami yang mengedepankan pengalaman yang dirasakan pengguna jadi salah satu kekuatan kami. Teknologi kami bukan diperuntukkan bagi perusahaan atau organisasi besar saja. Institusi sektor publik juga bisa menikmatinya.
Bagaimana rencana Microsoft Indonesia tahun depan?
Industri saat ini sudah banyak perubahan. Tuntutan kecepatan dan akurasi akibat adaptasi teknologi yang pesat sudah jadi hal lumrah. Salah satu teknologi penunjang industri saat ini ialah cloud (komputasi awan). Kami berfokus mengembangkan cloud sejak enam tahun lalu.
Banyak yang mengembangkan komputasi awan. Apa keunggulan cloud Microsoft?
Kami mengandalkan produk hybrid cloud untuk berkompetisi di segmen bisnis atau korporasi. Sistem cloud kami bisa mensinkronkan data antara cloud publik dan cloud pribadi sesuai dengan kebutuhan. Jadi, kalau suatu saat sistem Anda berfluktuasi tinggi, sistem secara otomatis mengalihkan beban tersebut ke cloud publik, yang koneksinya lebih tinggi. Tentu saja tanpa ada risiko kebocoran data. Di Indonesia, kami memiliki enam rekanan data center. Tren penggunaan cloud bagi perusahaan dan organisasi memang belum masif. Namun riset Gartner menyatakan, pada 2025, 80 persen dari seluruh organisasi bakal menggunakan teknologi ini. Pergelaran Asian Games 2018 kemarin menggunakan teknologi cloud kami.
Apakah penggunaan komputasi awan sudah menjadi tanda masuknya industri 4.0?
Betul. Industri 4.0 merupakan tren dunia di sektor manufaktur. Inovasi teknologi bakal meningkatkan konektivitas antar-manusia, mesin, dan real time data. Kecerdasan buatan, IoT (Internet of things/beragam aktivitas yang terkoneksi dengan Internet), virtual reality, perobotan yang makin maju, dan pencetakan tiga dimensi jadi aspek penting industri 4.0. Jargon tersebut memang sulit digambarkan dan diterka. Namun tak perlu membayangkan yang muluk-muluk juga. Setidaknya, IoT dan AI sudah cukup berkembang dan diimplementasikan. Selain cloud, AI juga jadi perhatian kami. Jika Anda lihat, pada 2017, AI bisa mengidentifikasi obyek saja. Tahun ini, AI makin pintar menerjemahkan berbagai hal dan berinteraksi sejajar dengan manusia. AI pertumbuhannya tidak dalam hitungan tahun lagi, melainkan bulanan.
Apa dampaknya bagi industri yang mengimplementasikan teknologi?
Kami di internal membuat riset bisnis bekerja sama dengan IDC Asia-Pacific. Transformasi digital bakal memantik pertumbuhan ekonomi dengan sumbangsih US$ 22 miliar pada 2021. Transformasi digital sudah terasa sejak tahun lalu. Sekitar 4 persen dari produk domestik bruto berasal dari berbagai layanan dan produk digital penunjang industri 4.0.
Tapi tenaga mumpuni bidang teknologi yang saat ini amat kurang di Indonesia…
Memang. Namun berbagai program pemerintah, seperti peta jalan industri 4.0 dan program vokasi, perlu diapresiasi. Pemerintah juga terus mengajak swasta seperti kami untuk membantu permasalahan edukasi.
![]()
Haris Izmee
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo