Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Prima Cakrawala Abadi hari ini melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia atau BEI. Perusahaan pengolah rajungan ini menjadi emiten ke-37 sekaligus terakhir yang mendaftarkan sahamnya di pasar modal pada tahun ini. Di sisi lain, PT Prima Cakrawala Abadi juga merupakan perusahaan rajungan pertama yang melantai di bursa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perseroan dengan kode emiten PCAR ini menetapkan harga masa penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dengan harga Rp 150 per saham. Adapun jumlah saham yang dilepas kepada publik yakni sebanyak 466.666.700 lembar saham. Jumlah ini merupakan 40 persen dari total modal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama PT Prima Cakrawala Abadi Raditya Wardhana mengatakan IPO ini diharapkan dapat menyuplai modal kerja perusahaan. "Kami butuh perputaran modal yang tinggi untuk produksi," kata Raditya di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 29 Desember 2017.
Raditya mengatakan, dengan IPO ini kini komposisi saham perseroan dimiliki oleh PT Marindo Pasifik Indonesia sebesar 47,75 persen dari sebelumnya 79,59 persen, PT Bahari Istana Alkausar 7,96 persen dari sebelumya 13,27 persen, PT Cakrawala Kharisma Mulia 4,29 persen dari sebelumnya 7,14 persen, dan karyawan sebesar 0,004 persen. "Masyarakat atau publik tepatnya 39,99 persen saham," ujarnya.
Hasil IPO di BEI ini akan digunakan untuk belanja modal perseroan sebesar 28,10 persen, sedangkan sisanya 71,90 persen akan digunakan untuk modal kerja.
Dari dana yang dialokasikan untuk belanja modal, sebesar 40 persen akan digunakan untuk pembelian peralatan baru demi meningkatkan efisiensi biaya proses produksi, 20 persen untuk renovasi pabrik perseroan, dan 40 persen untuk pembangunan fasilitas baru (mini plant) di daerah Rembang, Tuban, Cirebon, Lampung, dan Belitung. "Mini plant bertujuan sebagai tempat pengukusan dan pengupasan rajungan sehingga akan menghemat biaya logistik perseroan dari pembelian lewat supplier," kata Raditya.
Adapun modal kerja perseroan akan dialokasikan untuk uang muka pembelian daging dari nelayan sebesar 20 persen dan 80 persen sisanya untuk pembelian bahan baku, pembayaran utang usaha, beban produksi, beban pemasaran, acara pameran, dan lain sebagainya.
Raditya merinci, uang muka pembelian daging kepada nelayan menggunakan skema down payment 35 persen dari harga kapal nelayan kepada penyedia kapal, sedangkan 65 persen sisanya dari biaya kapal akan didanai melalui perusahaan pembiayaan atau multifinance. Dia menambahkan, perseroan akan membantu pengadaan sekitar 70 kapal nelayan. "Ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan baku perseroan dan diharapkan dapat menurunkan harga pokok produk," ujarnya.
Chief Operating Officer Artha Sekuritas PCAR Suparno Sulina, yang menjadi salah satu penjamin emisi mengatakan saham perseroan mengalami oversubsribbed (kelebihan permintaan) sebanyak 2,11 kali. "Oversubscribed banyak dari retail karena harga terjangkau, di bawah Rp 200 (per lembar saham)," ujar Suparno.
Selain Artha Sekuritas, PT Lotus Andalan Sekuritas juga menjadi penjamin emisi PT Prima Cakrawala Abadi. Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada 21 Desember 2017 dengan masa penawaran 22 Desember 2017. Adapun jadwal penjatahan saham dilakukan pada 27 Desember 2017.