Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Kapasitas produksi pupuk NPK dalam negeri masih rendah.
Konversi pabrik melengkapi upaya menambah kapasitas pabrik pupuk NPK.
Pupuk NPK banyak diserap untuk tanaman berumur pendek.
JAKARTA - Grup Pupuk Indonesia berupaya menambah pasokan pupuk NPK. Kapasitas produksi penyubur tanaman yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium milik perusahaan pelat merah ini masih kurang dari separuh kebutuhan nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PT Pupuk Indonesia mencatat kebutuhan NPK nasional saat ini, berdasarkan survei internal, mencapai 8,6 juta ton per tahun. Jumlah tersebut termasuk kebutuhan untuk pupuk bersubsidi sesuai dengan ketentuan pemerintah sebesar 3,2 juta ton. "Sementara kemampuan produksi grup kami sebesar 3,5 juta ton per tahun," ujar Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapasitas produksi tersebut, antara lain, ditopang oleh pabrik baru NPK yang diproduksi anak usaha Pupuk Indonesia, yaitu PT Pupuk Iskandar Muda. Fasilitas produksi yang terletak di Lhokseumawe, Aceh, ini sebenarnya sempat berhenti beroperasi selama 10 tahun hingga kemudian dihidupkan lagi pada Januari lalu. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 500 ribu ton per tahun.
Untuk menambah kapasitas NPK, Wijaya mengatakan, perusahaan juga berencana mengkonversi pabrik. Perusahaan akan mengubah fasilitas produksi pupuk SP-36 milik anak usahanya, yaitu PT Petrokimia Gresik, menjadi pabrik NPK. Jika tak ada aral melintang, tahun depan perusahaan sudah bisa menambah produksi pupuk ini sebesar 500 ribu ton.
Petugas memantau proses pengisian pupuk urea di Pelabuhan PT Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur. ANTARA/Reno Esnir
Untuk jangka panjang, Pupuk Indonesia juga menyiapkan fasilitas produksi baru. Salah satunya dengan mendirikan pabrik NPK di Cikampek, Jawa Barat. Wijaya mengatakan kapasitas pabrik ini dirancang sebesar 500 ribu ton. Targetnya, pada 2025, pabrik sudah mulai beroperasi.
PT Pupuk Kalimantan Timur, yang juga anak usaha Pupuk Indonesia, bakal ikut berpartisipasi. Perusahaan berencana membangun pabrik NPK berbasis nitrat. "Karena kita ada sumber bahan bakunya, yaitu amonium nitrat," ujar Direktur Operasi dan Produksi Pupuk Kaltim, Hanggara Patrianta. Pabrik di Bontang tersebut dirancang memiliki kapasitas 150 ribu ton per tahun.
Hanggara menargetkan pabrik tersebut beroperasi pada 2025. Pembangunannya akan dilaksanakan setelah perusahaan menyelesaikan pembangunan pabrik amonium nitrat yang digarap Pupuk Kaltim bersama PT Dahana Investama Corp. Fasilitas tersebut akan rampung pada semester pertama tahun ini.
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi, berharap proyek ini bisa mengurangi impor pupuk NPK yang mencapai 600 ribu ton per tahun. Selama ini, pupuk jenis ini banyak digunakan untuk tanaman-tanaman berumur pendek. "Seperti buah-buahan, sayur-mayur, dan lainnya."
Presiden Joko Widodo meresmikan Pabrik NPK PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun, Aceh Utara, Aceh, 10 Februari 2023. BPMI Setpres/Laily Rachev
Permintaan Presiden
Penambahan kapasitas produksi NPK merupakan salah satu prioritas Presiden Joko Widodo untuk menjaga ketahanan pangan. Dia menyebutkan kebutuhan pupuk jenis ini mencapai 13 juta ton per tahun. Indonesia harus mengimpor hingga 6,3 juta ton per tahun agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi. "Kita masih kekurangan pupuk," katanya.
Tak ingin bergantung pada impor, Jokowi mendorong perusahaan pupuk dalam negeri bisa melakukan produksi sendiri. Meskipun bahan bakunya, yaitu fosfor dan kalium, tetap harus diimpor.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, menyatakan pengembangan kapasitas produksi pupuk NPK di dalam negeri bakal mempermudah akses petani pada penyubur tanaman. Saat ini pemerintah hanya menyediakan 3,2 juta ton pupuk bersubsidi sehingga petani harus memanfaatkan pupuk non-subsidi yang harganya sedang tinggi. "Tapi, meskipun tinggi, jika produktivitasnya meningkat, kenapa tidak?" ujar Kasdi.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo