Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar yang menyebabkan pelemahan nilai tukar mata uang negara lain termasuk rupiah dianggap menyebabkan perlambatan ekspansi industri. Namun Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri memaparkan sebaliknya.Justru ada sisi positif dari penguatan mata uang negara Amerika Serikat ini, khususnya bagi industri yang berorientasi ekspor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Industri yang menjual hasil industri ke luar negeri justru meraup keuntungan. Meski bahan bakunya dari impor dan biaya modal menjadi mahal, namun harga jual ekspornya juga dalam mata uang dolar, sehingga tidak begitu terpengaruh. “Bahkan mungkin akan untung, karena saat bayar gaji dalam IDR (rupiah), jadi lebih murah,” ujarnya kepada Tempo, Senin 24 juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Firman menjelaskan, biaya utilitas atau modal lain selain untuk bahan baku yang dalam kurs rupiah justru lebih murah, sehingga ketika dijual hitungan keseluruhan justru menguntungkan. Tapi hal sebaliknya terjadi pada industri dengan orientasi pasar dalam negeri. Saat bahan baku impor semakin mahal, bahan baku lokal dengan komponen impor juga tertekan kurs.
Berdasarkan catatan Firman, saat ini anggota Aprisindo sekitar 82 persen berorientasi ekspor, sisanya untuk pasar dalam negeri. Ia mengatakan tantangan industri saat ini bukanlah penguatan dolar atau pelemahan rupiah, tapi proteksi atau pembatasan impor.
Pembatasan lewat sejumlah aturan berdampak pada perkembangan industri sepatu yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari impor. “Bagi kami ini berdampak pada kesulitan mendapat bahan baku dan harga akhir bahan baku yang akan mempengaruhi industri hilir,” kata dia.
Ia mengatakan proteksi bahan baku justru akan menaikan harga dan malah berpotensi mendorong inflasi pada produk alas kaki. Meski demikian ia memahami, aturan pembatasan awalnya dibuat untuk melindungi industri dalam negeri khususnya tekstil dari gempuran barang-barang impor.
Pilihan Editor: Sri Mulyani Lapor Jokowi Usai Bertemu Tim Sinkronisasi Prabowo