Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sebuah konsensus tanpa irak

Menjelang tutup tahun 1987 kuota produksi untuk ke-12 anggota opec disetujui 15,60 juta barel sehari, dengan harga rata-rata 18 dolar per barel. iran tampil sebagai juru selamat & anggota opec masih kompak.

19 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOS Marriott Hotel di Wina boleh mengusap-usap tangannya, menjelang tutup tahun 1987. Para peserta sidang OPEC, yang berdatangan sejak 7 Desember ternyata belum check out sampai Senin, 14 Desember. Apakah sidang yang sarat dengan tarik urat, akan berakhir Senin malam waktu sana? "Kita harapkan begitu," kata seorang peserta delegasi yang dihubungi TEMPO lewat telepon. "Tapi itulah sulitnya dengan hampir setiap sidang OPEC, soal booking pesawat setiap kali perlu diubah." Menteri Subroto, yang banyak berperan dalam sidang tersebut, belum mau bicara banyak. "Maaf, saya sudah harus pergi ke sidang lagi," kata Subroto ketika dikontak sckitar pukul 8 pagi waktu sana, Senin kemarin. Tentu sidang di markas besar OPEC, di Obere Donaustrasse, tak akan berlangsung sepagi itu. Tapi, siapa tahu kctua delegasi Indonesia sudah berjanji untuk main tenis bersama rekan-rekannya Trio Subroto, Rilwanu Lukman dari Nigeria, dan Arturo Hernandes Grisanti dari Venezuela, tak henti-hentinya membujuk semua anggota agar sanggup keluar dengan suatu keputusan yang berarti. Tergabung dalam tim peneliti harga minyak, trio tersebut berkeliling menemui setiap kepala negara OPEC sejak awal November lalu. Di sela-sela sidang, mereka kabarnya sering kclihatan rembukan bertiga. Tapi tak satu pun anggota sidang termasuk Hisham Nazer dari Arab Saudi, berhasil membujuk Irak untuk mematuhi kuota produksi untuk 1988. Negeri berpenduduk 6 juta itu menolak keras pembagian kuota 1,54 juta barel sehari. Jatah minimum yang dituntut Issam Raheem al-Chalabi, menteri perminyakan Irak, adalah setingkat dengan Iran yang berpenduduk 46,6 juta, yakni 2,36 juta barel sehari. Kedua negeri yang bermusuhan itu sama-sama pendiri OPEC. Hanya saja Irak selalu lebih suka berjalan sendiri. Arab Saudi, yang banyak membantu perang Irak, pun tampaknya tak kuasa mengerem sikap keras tetangganya. Bahkan, seperti kata beberapa pengamat, Arab Saudi, serta negara Teluk lain, seperti Kuwait dan Uni Emirat Arab rada membiarkan tuntutan Irak. "Kelompok Arab sudah lama gerah dengan gangguan Iran, dan merasa Irak-lah satu-satunya kekuatan Arab yang bisa melayaninya," kata orang pengamat. Itulah rupanya yang mumbuat Ketua OPEC Rilwanu Lukman pagi-pagi mengingatkan, sidang kali ini akan banyak diwarnai pertimbangan politik dan keamanan. Bagaimana dengan Iran, yang menuntut harga dikerek menjadi 20 dolar? Menteri Perminyakan Iran Gholamreza Agazadeh yang selalu tampil berjas tanpa dasi, banyak menarik perhatian wartawan. Berbicara melalui seorang penerjemah, menteri berjenggot lebat itu mengancam tak akan menandatangani konsensus, "Kalau posisi kami tak dihargai." Suatu ancaman yang tampaknya dialamatkan kepada Hisham Nazer, yang sebelumnya menyatakan mendukung posisi Irak. Tapi Agazadeh ternyata pandai berkelit. Itu kelihatan di hari-hari terakhir sidang, ketika kepada pers ia mengatakan akan berkonsultasi dengan Teheran. Beberapa pengamat menilai, itu pertanda Iran akan menyetujui konsensus harga 18 dolar per barel. Iran, menurut seorang peserta dari Indonesia, di saat-saat terakhir sidang biasanya tak ingin dituding main sendiri, seperti Irak. Pertanda bahwa Iran turut menandatangani keputusan bersama menjadi pasti ketika Menteri Subroto berhasil dihubungi TEMPO Senin malam. "Kuota produksi untuk ke-12 anggota disetujui 15,60 juta barel sehari," kata Subroto, dari suite 624 Marriott Hotel. "Dan Iran, setelah kita yakinkan, juga menerima harga rata-rata 18 dolar per barel untuk dipertahankan." Sidang yang baru berakhir Senin tengah malam itu juga menyetujui diaktifkannya kembali tim lima negara OPEC: trio Rilwanu, Subroto, Arturo Hernandez, dan Hisham Nazer serta Belkacem Nabi dari Aljazair. Tim tersebut baru akan melaporkan hasil pemantauan harga dan kuota produksi menjelang sidang tengah tahun OPEC, 1988. Prof. Subroto boleh tertawa lebar. Dia setidaknya, telah berhasil mempertahankan instruksi Presiden Soeharto. Tapi mungkinkah harga di pasaran spot bertahan, karena ada satu anggota penting yang tak ikut menandatangani konsensus? Menurut Subroto, itu perlu dilihat setelah usainya sidang. Tapi ia toh khawatir, produksi Irak yang jauh di atas kuotanya akan disertai dengan potongan harga. Irak, yang diduga menggenjot produksi hingga 3 juta barel sehari, termasuk 250.000 barel dari Zone Netral punya Arab Saudi dan Kuwait, dikenal suka memberikan potongan harga 2-3 dolar per barel. Tapi ada juga yang meragukan kemampuan Irak untuk memproduksi setinggi itu. "Paling banter, mereka bisa mencapai sekitar 2,6 juta barel sehari," kata seorang konsultan minyak. Sang konsultan, yang tahu betul seluk-beluk dunia minyak, tak melihat harga akan turun drastis, terutama di musim dingin ini. Namun, seperti halnya Subroto, dia tak menutup kemungkinan harga bisa turun di musim semi, setelah bulan Maret tahun depan. Satu-satunya jalan untuk mempertahankan harga terpulang pada sikap ke-12 anggota OPEC juga, apakah mereka kali ini tidak akan melanggar kuotanya. "Terutama Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab," kata Subroto. Bagaimanapun, keputusan OPEC di Wina akan memudahkan para menteri "teknokrat" untuk menetapkan harga perhitungan minyak dalam RAPBN 1988-89. Harga ekspor minyak kita untuk tahun anggaran yang masih berjalan, rata-rata mencapai 17, 50 dolar per barel. Mudah diduga, harga itu pula yang akan tampil dalam anggaran, setelah OPEC berhasil mempertahankan posisi status quo. Fikri Jufri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus