Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Simpan pinjam gaya ongkowidjaja

Yayasan keluarga adil makmur, sedang populer di jakarta dan jawa barat. menawarkan kredit tanpa suku bunga. beberapa pejabat yang terdaftar dalam yayasan mengaku tidak bertanggung jawab.

19 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YAYASAN Keluarga Adil Makmur (KAM) kini sedang populer di Jakarta dan Jawa Barat. Ribuan orang berbondong-bondong mendatangi kantor KAM, baik kantor pusat yang terletak di Jalan K.H. Zainul Arifin 31 A-W, Jakarta, maupun kantor cabang yang tersebar di Depok, Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan di Bandung. Tujuan mereka, kabarnya sebagian besar para pensiunan, adalah untuk mendapatkan kredit tanpa suku bunga yang ditawarkan KAM. Persyaratan untuk mendapatkan pinjaman -- jumlahnya mulai Rp 500 ribu sampai Rp 50 juta -- juga gampang. Calon peminjam cukup membawa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga, membuat rencana usaha, dan bersedia menabung pada KAM. Pinjaman, yang cuma dikenai biaya administrasi 3% per tahun, bisa dicicil dalam jangka 1 sampai 15 tahun. Tapi, sebelum permohonan pinjaman disetujui, ada kewajiban yang harus dipenuhi pemohon: membayar uang keanggotaan Rp 50 ribu dan menabung pada KAM sebanyak tujuh kali, yang dilakukan selama tujuh bulan, dengan jumlah Rp 30 ribu per bulan. Jadi, untuk pinjaman sebanyak Rp 5 juta, pemohon kredit harus menyediakan dana Rp 260 ribu - 5,2% dari paket kredit yang diminta. Ketentuan lain, peminjam diminta menanggung provisi kepada notaris 1% dan biaya asuransi jiwa 1%. Paket pinjaman itu bisa pula digandakan -- yang tentu saja pemohon harus menggandakan tabungannya. Batas paket ganda adalah Rp 50 juta. Bagi mereka yang ingin meminjam sedikit, KAM juga menyediakan paket pecahan 10% (Rp 500 ribu), 25%, 50%, atau 75% -- dan dana yang dikeluarkan untuk tabungan serta cicilan disesuaikan dengan paket kredit yang diminta. Selain bisa digandakan, realisasi pinjaman bisa pula dipercepat. Bila pemohon membayar tabungan awal sekaligus, kredit bakal cair empat bulan sejak pendaftaran. Cara yang lebih cepat, pemohon bisa mendapatkan pinjaman pada saat mendaftar, asalkan ia berhasil membawa 30 teman penabung baru. Ketentuan yang terakhir inilah yang menyebabkan keanggotaan yayasan itu terus menggelembung. Kabarnya, KAM, yang baru berjalan enam bulan, sudah berhasil menghimpun sekitar 12.000 anggota. "Besar pinjaman sudah mencapai Rp 3,6 milyar. Tanggal 22 Desember nanti bakal bertambah Rp 1 milyar lagi," kata Jusup Handojo Ongkowidjaja, ketika meresmikan kantor cabang ke-71 Yayasan KAM di Cianjur, Sabtu lalu. Pimpinan KAM itu menambahkan, di Jakarta saja sudah dikeluarkan kredit Rp 680 juta, sekalipun pemasukan dari uang pendaftaran dan tabungan wajib baru terkumpul Rp 197 juta. Dari mana KAM dapat dana buat memberi pinjaman kepada anggotanya? Jusup tidak menjelaskannya. Ia, di depan sekitar 200 anggota KAM cabang Cianjur, cuma mengatakan, "Yayasan Keluarga Adil dan Makmur itu miskin. Tapi harga diri kami mahal." Kendati demikian, Jusup mengisyaratkan bahwa KAM punya dana yang cukup kuat. "Kami baru saja membeli Taman Ria di Manado dari Pak Ciputra," tutur Jusup. "Biro Pengembangan usaha kami memproduksi barang-barang merk KAM, di samping mendirikan pabrik elektronika. Biro Kesehatan sedang mendirikan rumah sakit di Bandung. Biro Pendidikan akan mendirikan sekolah -- lima di Jakarta dan satu di Bandung." Betulkah KAM membeli Taman Ria di Manado? Menurut Direktur Pembangunan Jaya, Eric Samola, baik Grup Jaya maupun Ciputra tak mempunyai usaha Taman Ria di sana. "Kalau Ongkowidjaja mengatakan baru saja membeli Taman Ria dari Pak Ciputra, itu bohong," ujar Samola. Siapakah Jusup sesungguhnya? Ia mengaku punya ayah keturunan Jepang dan ibu berdarah Cina Taiwan. Semasa kecil hidup melarat, sehina terpaksa berjualan es lilin, koran, dan menjadi penambal ban. Menurut Abu Bakar, Ketua KAM cabang Bandung, Jusup berpendidikan Seminari Surabaya (1964), dan bertitel sarjana psikologi. Ia pernah jadi pendeta dan sekaligus sebagai dokter jiwa. Selama jadi pendeta dan berpraktek dokter jiwa itulah ia menemukan bahwa 70 - 80% penderita penyakit jiwa adalah orang-orang yang terjerat rentenir. Maka, ia membentuk lembaga simpan pinjam dengan persyaratan yang ringan. Semula, Jusup menginginkan KAM berbentuk koperasi. "Kami telah mengurusnya melalui prosedur. Tapi setelah lima bulan dinyatakan melanggar UU Koperasi," katanya. Lantas, 18 November lalu, ia mengubahnya menjadi yayasan, melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dengan akta dari kantor Notaris John Leonard Waworuntu. Kantor Notaris Waworuntu membenarkan adanya akta Yayasan Keluarga Adil dan Makmur itu. Menurut cerita seorang kepala cabang di Jawa Barat, ada sejumlah nama penting ikut duduk dalam kepengurusan Yayasan KAM. Mereka antara lain Kepala Rumah Tangga Bina Graha Iskandar Isbandi sebagai Ketua Umum KAM, dan Bekas Irjen Departemen Sosial Ibnu Hartomo sebagai komisaris. Jusup sendiri, kata sumber TEMPO itu, menjabat Ketua I KAM. "Kendati ia yang menyetir," tuturnya. Iskandar mengakui bahwa Kantor Notaris Waworuntu memang telah memberitahukan pengangkatannya sebagai pelindung dan pendiri Yayasan KAM, Sabtu lalu. Tapi tidak tahu tentang KAM. "Kalau ada apaapa dengan yayasan itu, saya tidak mau bertanggung jawab. Wong, resminya saya belum tahu itu yayasan," kata Iskandar. Ibnu Hartomo juga merasa tidak terlibat dalam Yayasan KAM. Ia mengaku tidak mcngenal Ongkowidjaja. "Tiba-tiba, sekitar awal pekan lalu, dia menemui saya dan mengatakan saya sebagai pembina yayasannya," kata Ibnu, Minggu malam lalu. Ia menambahkan, Yayasan KAM harus dicurigai. "Dari mana ia mendapatkan uang milyaran yang diberikannya sebagai kredit? Apakah ia mempunyai percetakan uang gelap atau mendapat bantuan asing?" kata bekas Irjen Departemen Sosial itu. Kecurigaan juga muncul dari Presdir Bank Perkembangan Asia, Priasmoro Prawiroardjo. Ia berpendapat, usaha Yayasan KAM itu tak masuk akal. "Melihat persyaratan administrasinya begitu ringan, saya kira ini penipuan. Masyarakat harus hati-hati," ujar Priasmoro. Ia menyangsikan bagaimana KAM bisa memberikan kredit dengan suku bunga 3%. "Seperti Bank Dunia saja," tambahnya. Sampai pekan lalu, semangat Jusup Handnjo Ongkowidjaja mempromosikan KAM masih berapi-api, dan ia sadar bahwa langkah-langkahnya dicurigai orang. "Pasti orang bilang ini penipuan. Koperasi simpan pinjam saja banyak yang ditinggalkan orang," katanya di depan calon dan anggota KAM Cianjur. "Tapi, banyaknya peminat KAM membuktikan kami dipercaya." M.W., Laporan Biro Jakarta dan Biro Bandung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus