Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Babak baru revolusi cory

Eks menkeu kabinet cory aquino, jaime ongpin, dan mendagri jaime ferre, mati ditembak penembak gelap. revolusi cory bernar-benar berada dipersimpangan, sampai pada tingkat privatitation of violence.

19 Desember 1987 | 00.00 WIB

Babak baru revolusi cory
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SENIN pekan lalu Jaime Ongpin bekas Menteri Keuangan Kabinet Cory Aquino, kedapatan mati dengan luka tembak di pelipisnya. Ongpin, yang harus melepaskan jabatan pada puncak krisis politik di Filipina, September lampau, adalah teknokrat yang sangat disegani. Sikapnya yang tegas dalam perundingan kembali utang Filipina dengan konsorsium bank internasional membuahkan hasil yang menakjubkan. Ia berhasil memaksa bank-bank pemberi pinjaman merundingkan penjadwalan kembali dan memperlunak syarat pengembalian pinjaman dan bunga yang mesti dibayar Filipina. Jerih payah Ongpin itu ternyata tidak memuaskan semua pihak -- di dalam negeri maupun di luar negeri. Sikapnya yang tegas, bahkan cenderung keras, melahirkan antipati di kalangan bisnis dan mitra hubungan ekonomi Filipina. Di Kabinet, ia dikecam oleh kubu militan. Bahkan teman-temannya, termasuk Menteri Perencanaan, menghendaki garis lebih keras. Utang yang terbukti penggunaannya tidak untuk kepentingan rakyat, dan dalam pelaksanaannya mengandung praktek curang, mereka tuntut untuk diingkari kewajiban membayarnya. Rakyat Filipina yang tidak berdosa tidak wajib membayar utang yang dibuat oleh despot untuk proyek atau pembiayaan kegiatan yang justru menyengsarakan rakyat. Apalagi dalam transaksi itu tidak jarang terselip kepentingan busuk koruptor dan manipulator yang menyebabkan overpricing yang luar biasa. Dalam soal ini, Ongpin lebih realistis dibandingkan dengan teman-temannya. Ia menempuh cara tak langsung, dengan tetap menggunakan cara-cara lazim dalam bisnis, untuk mengatasi maljersasi semacam itu. Ongpin bukan tokoh terkemuka Filipina pertama yang mati secara tragis. Menteri Dalam Negeri Jaime Ferrer juga menemui ajal secara menyedihkan. Ia diberondong oleh segerombolan penembak gelap. Sampai saat ini, latar belakang pembunuhannya belum dapat diungkap tuntas. Ferrer, yang dikenal amat demokratis dan sangat menjunjung tinggal tegaknya hukum, adalah orang yang melihat kemungkinan terbukanya anarki ketika ada unsur dalam negeri mengambil prakarsa mempersenjatai rakyat guna menumpas komunisme. Ia mencoba menengahi masalah ini dengan "meresmikan" tenaga para militer itu sebagai bagian dari angkatan bersenjata. Mereka hendak dibina sebagai tenaga militer profesional. Tapi, kecerdikan Ferrer itu dikenali oleh aktor intelektualis ala masa (vigilantes) yang memang menghendaki terciptanya suasana teror guna menghadapi teror yang dilancarkan kaum komunis. Teror dihadapi dengan teror. Itulah rupanya taktik yang hendak dijalankan aparat yang tidak peka terhadap resiko penderitaan dan anarki yang ditimbulkan oleh pilihan kebijaksanaan itu. Mereka tidak peduli pada upaya sabar untuk meletakkan dasar-dasar budaya tegaknya hukum dalam masyarakat Filipina. Maka, kita bersaksi, nasib seorang pembela rakyat dan supremasi hukum berakhir tragis di tangan orang-orang yang tak sabar menanti datangnya hari tatanan beradab itu ditegakkan. Kini, revolusi Cory benar-benar berada di persimpangan jalan. Ketidakmampuan mengendalikan ulah tiap kelompok dalam tubuh rezimnya telah melahirkan khas baru yang amat meresahkan. Bagi kita di Indonesia, sulit membayangkan bagaimana tokoh pemberontak Gringo Honasan bisa berkeliaran dan sesumbar seenak udelnya di negara yang berdaulat. Padahal, pimpinan nasionalnya jelas mendapat dukungan rakyat. Sulit bagi kita membayangkan bagaimana di negara yang berdaulat itu, Panglima Pasukan Amerika Serikat di Pasifik dapat sesumbar tentang keharusan bahwa pangkalan perang di Subic dan Clark mesti dipertahankan. Sementara itu, konstitusi dan pemimpin-pemimpin negara itu telah memastikan bahwa soal tersebut akan diserahkan pada kehendak rakyat, yang kelak akan memutuskannya setelah kontrak habis pada 1991. Luar biasa! Teman saya menyebut tahap revolusi Filipina saat ini sudah sampai pada tingkat privatitation of violence. Mengerikan. Pamor komunis telah lebih dulu merosot di mata rakyat, karena ulah Sparrow Unit yang menyebarkan teror di kota-kota. Militer kehilangan simpati, karena menggunakan senjata bukan untuk membela kedaulatan rakyat. Mereka juga terbukti tidak mampu secara saksama melindungi rakyat dari teror komunis. Bahkan oknum-oknum tentara Filipina, atas nama pemberantasan komunis, menyebarkan teror tandingan di desa dan di kota. Puncaknya, senjata yang ada di tangan tentara itu telah digunakan oleh mereka sebagian untuk menuntut kenaikan gaji dan memaksakan kehendak melalui cara-cara ekstrakonstitusional dan jauh dari demokrasi. Maka, jangan heran bila rakyat Filipina, yang dari dulu telah terbiasa main senjata, tergugah naluri kejagoannya. Revolusi Filipina sekarang sudah sampai pada tahap memasyarakatkan kekejaman dan mengejamkan masyarakat. Selamat jalan, Ferrer. Perjuangan Anda tidak sia-sia. Sejarah Filipina akan mencatat Anda sebagai pejuang gigih menegakkan demokrasi, hukum, dan kesejahteraan rakyat sejati. Anda juga mengajarkan pengalaman yang sangat berharga bagi generasi setelah Anda. Perubahan sosial, bila ingin menempuh tracee penuh dimensi kemanusiaan, menuntut kesabaran dan pengorbanan. Anda telah memberi teladan -- bahkan menyediakan diri menjadi korban perubahan yang diperjuangkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus