PT Fairchild Semiconductor Indonesia, yang beberapa bulan lalu dihebohkan memakai robot itu, beberapa bulan lalu terpaksa melepas 500 operatornya meskipun telah mengoper robotnya ke Singapura. Bahkan, produsen semiconductor setengah jadi itu masih memberikan tambahan liburan dua minggu kepada 300 karyawannya secara bergantian serta menghemat pemakaian listrik. "Sekarang kami sudah menghemat 30% dari biaya produksi, dan masih perlu 30% lagi," ujar Kent Goheen, presiden direktur Fairchild. Akan ada PHK lagi? Permintaan pasar PMA yang kini memiliki 1.700 karyawan itu memang menurun tajam. Pada kuartal terakhir tahun lalu masih sanggup menjual 4,8 juta unit semiconductor per minggu, tapi saat ini tinggal satu juta. Sementara itu, permintaan nonkomersialnya, dari Hankam, masih stabil: 1,2 juta unit per minggu. "Sekarang hanya 25% dari kapasitas terpasang untuk keperluan komersial, padahal titik impas baru bisa dicapai kalau berproduksi 80%," ujar Goheen. Kemelut pasar perusahaan yang pernah memiliki 6.00d karyawan itu, ternyata, banyak dipengaruhi oleh pergeseran konsumsi komputer yang menyerap sebagian besar produknya. Sebelum 1982, pasar komputer dikuasai oleh komputer besar, yang setiap unitnya membutuhkan 10 ribu unit semiconductor. Setelah itu, terjadi pergeseran pada komputer sedang, dan membanjirnya komputer pribadi yang hanya membutuhkan 200-300 unit semiconductor per unit. "Ternyata, permintaan PC sekarang sudah anjlok lagi," ujar Goheen, yang mengaku persediaan semiconductor-nya melimpah. Dengan demikian, tidak mengherankan bila Goheen masih mengharapkan ada sejumlah anak buahnya lagi yang angkat kaki. "Perusahaan masih membuka diri bagi mereka yang mau mengundurkan diri dengan sukarela," ujarnya. Boleh ditebak, apabila tak satu pun karyawan mengundurkan diri, lagu lama diputar lagi: PHK.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini