Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Siapa Suruh Tak Datang ke Jakarta

Bursa saham Jakarta termasuk yang memberikan keuntungan terbesar di dunia. Saham bank, infrastruktur, agribisnis, dan tambang bakal diburu investor tahun ini.

1 Januari 2007 | 00.00 WIB

Siapa Suruh Tak Datang ke Jakarta
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

JIKA duit Anda lumayan berlimpah, mampirlah ke bursa saham Jakarta. Sepanjang Anda tak salah pilih, niscaya pundi-pundi kekayaan bakal kian menumpuk. Setidaknya, nikmat itulah yang dirasakan para investor sepanjang 2006.

Di Tahun Anjing Api itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta, yang mencerminkan pergerakan harga akumulatif dari sekitar 350 saham yang diperdagangkan di sana, terus merangkak naik. Beberapa kali indeks bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah republik ini.

Pada penutupan perdagangan tahun ini pada Kamis pekan lalu Indeks Bursa Jakarta mencapai rekor baru 1805,523 poin. Dengan demikian, sepanjang tahun ini, indeks sudah naik 640,724 poin (55,1 persen) dibandingkan posisi awal 2006 pada level 1162,64. Ini berarti sebesar itu pula keuntungan yang diperoleh investor.

Dengan prestasi tersebut, seperti dilansir majalah Fortune, 25 Desember lalu, Bursa Efek Jakarta termasuk dalam 10 besar bursa berkinerja terbaik di dunia (lihat tabel—Fortune menggunakan data per 1 Desember 2006). Di Asia, BEJ hanya kalah dibanding Vietnam, Cina, dan Hong Kong.

Bagaimana dengan tahun ini? Sebagian analis pasar modal masih melihat adanya peluang besar bagi investor untuk mendulang laba dari bursa Jakarta. Setidaknya, hingga kuartal pertama, kata mereka yang konservatif. Sedangkan buat mereka yang lebih progresif, IHSG bukan tidak mungkin bisa menembus level 2.000 pada akhir 2007!

Sejumlah analis sudah menyusun daftar saham-saham pilihannya. Alfiansyah, analis PT Sinarmas Sekuritas, misalnya, mengatakan saham perbankan, seperti Bank Mandiri, BRI, Danamon, dan BCA bakal ramai diincar investor. Tak ketinggalan saham perbankan lapis dua seperti Bank Niaga dan Bank Panin.

Saham perbankan dilirik karena tren penurunan suku bunga Bank Indonesia yang masih akan berlanjut—meski tak sekencang 2006—memberi peluang bank-bank meraup keuntungan yang lebih besar. Sebab, penurunan itu biasanya langsung diikuti penurunan bunga deposito, tapi tak segera diikuti penurunan bunga pinjaman. ”Jadi, dunia perbankan akan menikmati margin keuntungan lebih tinggi,” katanya.

Khusus untuk Bank Mandiri, Alfiansyah menyorot keberhasilan bank pelat merah ini menekan kredit seretnya, yang akan membuat rasio non-performing loan-nya turun dari posisi 30 September lalu sebesar 26 persen. ”Ini akan membuat kinerja keuangan Mandiri lebih sehat,” ujarnya. Karena itu, ia memperkirakan saham berkode BMRI ini bakal naik sekitar 34 persen menjadi Rp 3.850 per saham.

Harapan juga layak digantungkan pada saham-saham sektor riil dengan adanya kebijakan pemberian insentif pajak penghasilan (PPh) terhadap 15 sektor industri. Langkah ini, kata Alfiansyah, diharapkan kian menggairahkan perdagangan saham di bursa. Apalagi, pemberian insentif tertuju pada industri yang tahun lalu terpuruk akibat kenaikan bahan bakar minyak, seperti sektor makanan, tekstil, kertas, bahan kimia, keramik, logam, elektronik, dan transportasi.

Analis BNI Securities, R. Fitri Murniawati, punya kalkulasi berbeda. Menurut dia, saham-saham sektor infrastruktur seperti telekomunikasi (Telkom dan Indosat), jalan tol (CMNP), kontraktor (Adhi Karya, Total Persada), dan semen termasuk yang layak dikoleksi tahun ini. Maklum, pemerintah sudah mencanangkan bakal menggenjot proyek-proyek infrastruktur tahun ini.

Harga saham Telkom bakal terus naik, kata Fitri, seiring dengan rencana perusahaan itu meningkatkan kapitalisasi pasar sahamnya (harga saham dikalikan jumlah saham beredar). Rencananya, kapitalisasi pasar Telkom akan dinaikkan US$ 30 juta (sekitar Rp 273 miliar). Sedangkan untuk perusahaan jalan tol, investor tampaknya bakal memburu 35 persen saham PT Jasa Marga yang bakal dijual pemerintah ke publik. ”Apalagi ada rencana tarif tol akan dinaikkan tahun ini,” ujarnya.

Dua sektor lain yang juga patut diperhitungkan adalah saham perkebunan dan pertambangan. Menurut Fitri, saham agribisnis akan diburu seiring dengan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar dunia yang masih merangkak naik. Sedangkan saham pertambangan menjanjikan keuntungan karena harga produk tambang, khususnya nikel, di pasar dunia akan terus naik. ”Karena permintaan Cina tetap tinggi,” kata Alfiansyah.

Metta Dharmasaputra, Muchtar Wijaya/PDAT

Pencetak Gain Terbesar 2006

Saham Harga Naik (%)
29 Des ‘0527 Des ‘06
Astra Agro 4.90012.550156,1
CMNP 770 1.760128,6
Aneka Tambang 3.575 8.100126,6
London Sumatera 2.950 6.500120,3
Semen Gresik17.80038.500116,3
Timah 1.820 3.825110,2
Bank Mandiri 1.640 2.925 78,4
BRI 3.025 5.250 73,6
Telkom 5.90010.000 69,5
BCA 3.400 5.150 51,5

Bursa Berkinerja Terbaik (per 1 Desember 2006)

Indeks SahamNegaraImbal Hasil (2006)
Caracas stock exchange IndexVenezuela150,0%
General Lima stock exchange IndexPeru140,2%
Cyprus general market IndexSiprus123,1%
Ho Chi Minh stock exchange IndexVietnam107,6%
Shanghai Shenzhen 300 IndexCina92,0%
MASIMaroko65,9%
Hang Seng China EnterprisesHong Kong64,3%
Croatian bourse equity IndexKroasia63,5%
Russian trading system IndexRusia58,7%
Indeks Harga Saham GabunganJakarta53,2%

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus