Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menekankan komitmennya untuk melakukan operasi rendah karbon di industri migas. Komitmen itu tertuang dalam rencana strategis Indonesia Oil and Gas 4.0 atau IOG 4.0.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu upaya yang sudah dijalankan untuk mendukung transisi energi adalah proyek Jambaran Tiung Biru. Proyek untuk menjamin pasokan gas ini mulai beroperasi pada 20 September 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Proyek ini menjadi kebanggan karena ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional Industri Hulu Migas," tutur Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti dalam keterangannya, Ahad, 18 Desember 2022.
Shinta melanjutkan, dalam pembangunannya, proyek Jambaran Tiung Biru membutuhkan investasi US$ 1,55 miliar atau setara dengan Rp 22,5 triliun. Proyek tersebut memiliki kapasitas terpasang sebesar 330 MMSCFD dengan level produksi saat ini sebesar 192 MMSCFD.
"Dan diproyeksikan akan menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 1,59 miliar atau setara dengan Rp 23,1 triliun," ujarnya.
Di sisi lain, ladang minyak blok wilayah kerja Cepu-Bojonegoro selama ini pun tercatat menjadi salah satu andalan untuk memasok energi nasional. Hingga Mei 2022 lalu, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) telah berhasil melakukan produksi siap jual (lifting) ke-800 dari Wilayah Kerja (WK) Cepu.
"Jika dihitung sejak WK Cepu berproduksi, dengan total investasi sekitar Rp 57 triliun (atau US$ 4 miliar), WK Cepu telah menghasilkan 540 juta barel minyak dan memberikan lebih dari Rp 310 triliun (atau US$ 21,6 miliar) bagi pendapatan negara berupa bagi hasil pemerintah dan pembayaran pajak," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto beberapa bulan lalu.
Dekarbonisasi Lewat Beberapa Aksi
Jambaran Tiung Biru Site Office & Manager Pertamina EP Cepu Edy Purnomo menuturkan pihaknya menggelar program pengembangan masyarakat untuk mendukung aksi-aksi dekabonisasi. Program itu berupa bantuan terhadap badan usaha milik desa (BUMD) di sekitar kantor Pertamina EP.
"Bojonegoro dianggap selalu kekurangan pasokan telur, karena itu kami mendampingi warga melakukan budidaya ayam petelur yang saat ini sudah 10 ribu ayam dibudidayakan lewat tiga BUMD," kata Edy.
Dalam bentuk lain, program yang sama disosialisasikan melalui Gowes Jelajah Hulu Migas di Bojonegoro yang digelar Bersama TV Tempo. Program ini dihadiri oleh 286 peserta dan berlangsung pada Ahad, 18 Desember 2022.
SKK Migas mengajak seluruh stakeholder, masyarakat, para kontraktor kerja sama untuk mengikuti kegiatan gowes dan melakukan dialog. "Hal tersebut dilakukan agar tercipta sinergi dan kekompakan antara industri hulu migas, pemerintah kabupaten, juga masyarakat dalam mendukung target produksi migas nasional," ujar Shinta.
Dalam kesempatan tersebut, peserta diajak bersepeda sejauh 36 kilometer menyelusuri daerah-daerah di Bojonegoro seperti Bendung Gerak, Waduk Leram, dan Waduk Gerobokan, Bojonegoro. Peserta juga diajak untuk menanam pohon bersama sebagai simbol inisiatif program penurunan emisi karbon.
Dalam penanaman pohon, Wakil Kepala Polres Jakarta Kompol David Manurung, perwakilan Exxon Mobil Oil Cepu Limited Dave Ardian Seta, JTB Site Office & PGA Manager PEPC Edy Purnomo, Direktur TV Tempo Burhan Sholihin, Pemimpin Redaksi Koran Tempo Jajang Jamaludin, dan Pemimpin Redaksi Tempo.co Anton Aprianto turut hadir. Selama ini SKK Migas telah melakukan penanaman sekitar 600 ribu pohon dan pada 2022 ditargetkan bisa menanam 1,7 juta pohon.
NABILA NURSHAFIRA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.