Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan e-commerce Lazada Indonesia melakukan studi terkait kondisi bisnis UMKM di tanah air. Hasilnya, studi ini menemukan lebih dari separuh atau 65 persen UMKM merasa urusan logistik menjadi salah satu kendala terbesar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk pengembangan usaha mereka," kata Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Monika Rudijono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 10 Februari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu, 87 persen UMKM di Indonesia juga belum terdigitalisasi. Artinya, hanya sebagian kecil atau 13 persen saja yang sudah menikmati akses digital terhadap pada e-commerce.
Adapun studi ini dilakukan Lazada Indonesia bersama YCP Solidiance, konsultan manajemen ternama di Asia. Tujuannya untuk bertujuan untuk mendukung upaya pemerintah mengembangkan ekosistem digital di tanah air.
Di sisi lain, potensi dari sektor ini terus meningkat. Menurut laporan e-Conomy SEA 2020 dari Google, Temasek, Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2020 sudah mencapai 44 miliar dolar AS. Nilai tersebut diperkirakan bisa mencapai 124 milar dolar AS di tahun 2025.
E-commerce pun, kata Monika, berperan penting dalam mempercepat terbentuknya perekonomian digital ini. Peran itu juga yang terungkap dalam studi Lazada.
Mereka mencatat 92 persen dari UMKM yang telah terdigitalisasi merasa e-commerce sangat membantu kebutuhan logistik mereka. Selain itu, 94 persen juga merasakan manfaat program marketing dari e-commerce.
Untuk itu, kata Monika, hasil studi ini bakal membantu perusahaan dalam memahami dukungan apa yang dapat kami lakukan untuk mendorong UMKM bertransformasi menuju penerapan ekonomi digital. "Melalui dukungan teknologi canggih seperti solusi logistik yang holistik, pemberdayaan data, serta ekosistem e-commerce yang kami miliki," kata dia.