Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan, sejak perang atas ilegal fishing diterapkan, hingga kini sudah ratusan kapal pencuri ikan yang ditenggelamkan. "Setelah setiap tahun rata-rata ada 100-an kapal ditenggelamkan, akhirnya sekarang total ada 488 kapal ditenggelamkan," ujarnya di Yogyakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Susi menuturkan kebijakan penenggelaman kapal awalnya memang sengaja diekspos dan dipamerkan ke publik. Mulai ketika dinamit dipasang ke kapal, lalu ditembak, sampai terbakar dengan tujuan pencuri yang lain takut dan tak mengulangi.
Kebijakan penenggelaman kapal digencarkan, ujar Susi, karena selama ini tak ada yang lebih menakutkan bagi pemilik kapal selain kapalnya diledakkan dan ditenggelamkan. Susi mengungkapkan ada lebih dari 8-10 ribu kapal yang wira-wiri di perairan Indonesia setiap hari. Itu pun bukan hanya kapal Indonesia.
Setiap akhir tahun, misalnya, Vietnam mengajukan permohonan perlindungan kepada pemerintah Indonesia karena ada 2.500 kapal warganya plus 15 ribu kru beroperasi di perairan Natuna. "Kalau Vietnam saja kapalnya segitu banyak, apalagi Thailand, juga Tiongkok," kata Susi.
Namun, mirisnya, ketika kapal-kapal pencuri ikan itu masih leluasa beroperasi, Susi mengatakan bukan hanya ikan saja yang hilang. Bahan bakar minyak dari Indonesia untuk operasional kapal-kapal pencuri itu juga sangat boros.
"Kalau satu kapal saja butuh 5.000 liter minyak buat jalan padahal ada 8.000 kapal, maka tinggal dikalikan kebutuhan minyak untuk kapal (pencuri) itu. Padahal kapal itu beroperasi selama 8-10 bulan dalam setahun, " ucap Susi Pudjiastuti.