Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Susi Pudjiastuti Khawatir Nasib Benih Lobster seperti Bawang

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti khawatir nasib lobster akan sama seperti bawang putih saat ekspor benih dibuka.

23 Juli 2020 | 17.44 WIB

Susi Pudjiastuti. ANTARA
Perbesar
Susi Pudjiastuti. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti khawatir nasib lobster akan sama seperti bawang putih saat ekspor benih dibuka. Menurut dia, harga lobster bakal anjlok karena adanya kendali dari pasar negara lain yang menyebabkan nilai serapan di level nelayan sangat rendah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Sekarang ekspor benih lobster sudah dilegalkan dan harga di nelayan hanya Rp 7-15 ribu. Nanti sama dengan bawang putih, ketahanan pangan enggak ada,” tutur Susi dalam diskusi virtual Bahtsul Masail bertajuk ‘Telaah Kebijakan Ekspor Benih Lobster’, Kamis, 23 Juli 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Susi menyebut kebijakan pemerintah mengizinkan kembali perdagangan bayi lobster akan merugikan baik dari sisi pasar maupun ekosistemnya. Sebab, kata Susi, jumlah tangkapan lobster dewasa akan berkurang.

Dia mencontohkan, pada era 1990-an, jumlah tangkapan lobster pada musim-musim tertentu dapat mencapai 2-6 ton per hari. Namun, sejak era 2000-an, jumlah itu berkurang menjadi hanya 2-3 kuintal.

Kemudian dari sisi pasar, dengan terbukanya akses perdagangan benur, Indonesia justru hanya menguntungkan Vietnam sebagai negara pengimpor. Sebab, selama ini Vietnam mengambil dua jenis lobster dengan jenis termahal, yakni mutiara dan pasir.

Setelah berhasil dibudidayakan, lobster di Vietnam akan dikirimkan ke Jepang dan Cina dalam skala besar. Kondisi ini menyebabkan harga lobster dewasa melorot tajam. “Harga (lobster) kita turun sangat jatuh mungkin karena Covid-19, tapi saya percaya ini juga kontrol pasar karena pasar sudah dpt pasokan vietnam. Kalau kita tidak jual (bibit), Vietnam hancur total. Kenapa kita harus hidupi Vietnam?” kata Susi.

Susi lalu bercerita, negara-negara yang  memiliki spiny lobster, seperti Filipina, Sri Lanka, hingga Maladewa sudah tidak memberikan izin bagi penjualan benih. Sedangkan di Australia, penjualan lobster dibatasi dengan ukuran minimal 1 pound. “Di sana pun hanya jantan yang boleh (dijual),” ucap Susi.

Menurut Susi, langkah untuk tidak memperdagangkan benih lobster merupakan upaya menjaga sumber daya laut. Indonesia akan menjadi negara maritim yang besar seandainya dapat mengelolanya. “Di laut, Anda harus menjaga, mencintainya. Bukan ditambang. Kita tinggal ambil dengan cara yang benar,” ucapnya.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus