TARIF angkut Garuda jurusan Medan-Singapura (30 menit): 40 sen dolar AS per kg. Ini cukup tinggi. Bandingkan dengan tarif angkut Jakarta-Singapura (80 menit) yang cuma 18 sen dolar per kg. Maka, buat eksportir Sum-Ut, tarif Garuda itu dianggap kendala terhadap upaya meningkatkan ekspor nonmigas. Apa kata Garuda? "Tarif Garuda itu sudah lebih rendah sekitar 35 sen dolar dari tarif resmi yang disepakati maskapai penerbangan," ujar Drs. Kriston Rasmanto, sales manager Garuda Indonesia di Medan. Di luar ini ada alasan tak resmi. Menurut sumber TEMPO di Garuda, tarif Jakarta-Singapura lebih murah, karena jumlah ruangan yang tersedia lebih banyak -- ada 10 kali penerbangan per hari, sedangkan Medan-Singapura hanya satu kali. Dan jangan lupa, di jalur ini Garuda bersaing ketat dengan perusahaan lain. Maka, hukum ekonomi pun berlaku. "Garuda kan mau untung juga," ujarnya. "Selain itu, kalau Garuda memperbesar subsidinya, apa sampai juga ke petani?" Masih untuk mengejar untung, mulai 1 Maret lalu, Garuda juga menyesuaikan harga tiket untuk penerbangan malam. Semula, setiap penumpang yang terbang malam (Jakarta-Surabaya maupun Jakarta-Medan) memperoleh diskon 15%. Tapi sekarang, tiket malam disamakan dengan tiket siang. "Kalau diskon itu terus diberlakukan, kami akan rugi," kata Soenarjo, Direktur Pemasaran Garuda. Maklum, biaya terbang malam jauh lebih besar ketimbang terbang siang. Misalnya saja biaya lembur awak penerbangan, uang makan ekstra, dan biaya tambahan untuk operasi pelabuhan. Dulu, kendati ada diskon, masih menguntungkan. Tapi setelah dua kali devaluasi, terbang malam, malah rugi. Selain itu, lanjut Soenarjo, kenaikan tarif malam juga untuk mengurangi kerugian yang terjadi di jalur Jakarta-Bandung, Jakarta-Tanjung Karang, atau penerbangan ke Indonesia Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini