Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penurunan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat rute domestik membuat maskapai harus lebih berhati-hati dalam membuat keputusan bisnisnya. Garuda Indonesia pun memastikan tidak akan menambah armada pesawat baru hingga akhir tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emiten berkode GIAA ini juga mempertimbangkan untuk mengurangi atau bahkan menghapus beberapa rute yang tidak menguntungkan. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi biaya operasional maskapai.
Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengatakan, penambahan pesawat bisa berisiko menambah beban biaya operasional. "Tahun ini tidak akan ada penambahan jumlah unit pesawat terbang dan akan fokus pada renegosiasi kontrak dengan lessor," kata Ikhsan, Kamis 13 Juni 2019.
Ikhsan menambahkan, peremajaan tersebut diperlukan karena pesawat keluaran terbaru biasanya memiliki tingkat konsumsi bahan bakar lebih efisien. Dengan demikian, biaya operasional yang dikeluarkan maskapai bisa semakin ditekan.
Pihaknya menjelaskan komponen avtur menyedot hingga 40 persen dari total biaya operasional. Di sisi lain, pesawat edisi terbaru menawarkan teknologi baru yang semakin menambah tingkat keselamatan (safety).
Sebelumnya, Garuda sedang melakukan renegosiasi untuk mengganti pesawat yang sudah dipesan dengan jenis lebih baru, yakni Boeing 737 Max 10. Total ada 34 unit pesawat yang ditukar menjadi Boeing Max 10 pada 2020.
Boeing Max 10 menawarkan kemampuan terbang yang lebih lama, yakni hingga 9 jam. Sementara sebelumnya, Boeing Max 8 hanya mampu terbang maksimal selama 6 jam.
Sementara itu, Sriwijaya Air Group, yang melakukan kerja sama operasi dengan Garuda Indonesia Group, akan melakukan penambahan jumlah pesawat dari 52 menjadi 55 unit selama 2-3 tahun ke depan. Penambahan tersebut juga akan diikuti dengan peremajaan pesawat yang berusia lebih dari 10 tahun, untuk diganti dengan usia di bawah 8 tahun.
Direktur Utama Sriwijaya Air Group Joseph A. Saul mengatakan peremajaan pesawat bisa menjadi salah satu faktor untuk menghemat biaya operasional. Selain itu, pihaknya akan mempertimbangkan untuk menutup dan mengurangi frekuensi beberapa rute penerbangan yang tidak prospektif seperti tujuan Bau-bau dan Merauke. Adapun, rute tujuan Banyuwangi juga sudah ditutup sebelumnya.
"Sebelumnya ada kompensasi [subsidi silang] yang diberikan untuk rute tersebut dari pendapatan rute padat. Sekarang sudah tidak bisa karena TBA [tarif batas atas] tiket pesawat diturunkan," kata Joseph beberapa waktu lalu.