Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (BNI) bakal menekan emisi karbon sebagai salah upaya untuk mengimplementasikan sustainable finance atau keuangan berkelanjutan secara menyeluruh. Selain menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha berkelanjutan yang kuat, BNI juga akan melakukan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) scope 1, 2 dan 3.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sehingga kedepannya dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan perseroan dalam upaya menekan emisi karbon,” kata Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo melalui keterangan tertulis, Sabtu, 11 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Okki menyampaikan bahwa pada periode pelaporan 2022, BNI melakukan penyesuaian metodologi perhitungan dalam hal klasifikasi sumber emisi untuk menghitung emisi khususnya scope 3. Hal tersebut meliputi, perjalanan dinas darat, perjalanan dinas udara, dan emisi pembiayaan dengan mengadopsi metodologi dari PCAF.
Selain itu, BNI mulai menghitung emisi pembiayaan untuk debitur segmen menengah dan korporasi, yaitu sektor perkebunan perkebunan, industri turunan produk perkebunan, pertambangan dan perdagangan komoditas, industri pengolahan, industri perdagangan, pulp and paper, konstruksi, hingga PLTU.
Kemudian, di dalam peta jalan ESG, BNI akan menghitung emisi GRK Scope 1 dan 2 untuk seluruh kantor BNI hingga kantor cabang pembantu (KCP) di seluruh Indonesia. Saat ini, kata Okki, BNI sedang dilakukan penyusunan pedoman dan format pengumpulan data sumber emisi agar perhitungan emisi dapat dilakukan lebih detail dan presisi.
“Setelah menyusun pedoman, BNI akan menetapkan target net zero emission, sehingga diperoleh peta jalan yang akurat dalam menuju net zero emission,” ungkap Okki.
Okki menjelaskan, berdasarkan perhitungan BNI terhadap GRK yang dihasilkan pada 2022, Scope 1 yang meliputi pemakaian BBM di gedung tercatat sebesar 121,64 ton CO2eq. Kemudian Scope 2, yang meliputi emisi dari penggunaan listrik, tercatat sebesar 295,208,86 ton CO2eq. Selanjutnya, Scope 3 yang meliputi perjalanan dinas udara, perjalanan dinas darat, dan emisi pembiayaan masing-masing tercatat sebesar 2.013,87 ton CO2eq, 889,12 ton CO2eq, dan 13.392.779,24 ton CO2eq.
“Total emisi GRK dari ketiga cakupan tersebut sebesar 13.691.012,79 ton CO2eq,” kata Okki.
Okki mengatakan pihaknya berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan. BNI melakukan itu sebagai langkah awal untuk dapat menjadi contoh pionir green banking di Indonesia yang tidak hanya fokus pada perhitungan bisnis. Namun, proaktif melakukan pengukuran komprehensif dari sisi emisi GRK.
Ihwal Sustainable Portofolio BNI untuk sektor-sektor ramah lingkungan, sepanjang 2022 pembiayaan BNI pada Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) mencapai Rp 182,9 triliun atau 28,5 persen dari total portofolio kredit BNI.
Okki merinci, sustainable portfolio ini diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen kecil sebesar Rp 123,2 triliun, pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp 19,7 triliun, energi baru dan terbarukan sebesar Rp 10,9 triliun, pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp 4 triliun, serta sustainable portfolio lainnya sebesar Rp 25,1 triliun.