Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Tips Menjadi Pemimpin yang Baik, Cara Tepat Marahi Anak Buah

Pemimpin boleh marah pada anak buah. Namun ada cara baik agar tujuan amarah itu tersampaikan. Ini kata psikolog.

3 Juli 2020 | 08.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi - Konflik dan Kepemimpinan. SHUTTERSTOCK KOMUNIKA ONLINE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Siapa yang tak ingin jadi pemimpin perusahaan? Gaji yang besar membuat jabatan pemimpin perusahaan sangat diinginkan masyarakat. Namun perlu dipahami, memimpin perusahaan tidaklah mudah karena berbagai tanggung jawab yang harus dipikul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu tanggung jawab itu termasuk mengoptimalkan pemasukan perusahaan dan memaksimalkan kemampuan para karyawan. Tentu ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk bisa menjadi pemimpin perusahaan yang handal. Psikolog sekaligus praktisi sumber daya manusia (SDM) Dian Puty Osarini pun membagikan beberapa tips penting menjadi pemimpin di perusahaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, tidak ada cara pasti untuk menjadi pemimpin yang dapat menjalankan semua tugas dengan baik. “Definisi pemimpin yang baik dan sukses itu tidak bisa dipatok harus A, B, C. Tapi harus sesuai dengan situational leadership theory,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada Kamis, 2 Juli 2020.

Mengacu pada teori tersebut, pemimpin yang baik harus bisa menyesuaikan diri dalam berbagai kondisi. “Intinya leader wajib bisa merespon saat ada kasus atau kejadian tertentu. Dia juga bisa mengendalikan dan menanggapi sifat anak buah dengan baik,” katanya.

Bagaimana dengan tingkat emosional dan keinginan untuk marah? Dian mengatakan bahwa siapapun sangat diperbolehkan marah asal ini dikerjakan dengan tujuan yang jelas. Contohnya anak buah melakukan kegiatan fatal yang menyebabkan kerugian secara material atau hubungan dengan klien dan dilakukan sebagai bentuk koreksi dan pelajaran. “Sebaliknya marah itu tidak boleh karena adanya ledakan kekesalan atau ingin menunjukkan ego dan bagian dari pencitraan. Misalnya ingin pamer bahwa Anda berkuasa sehingga bisa menginjak-injak seseorang dan mempermalukannya,” katanya.

Marah juga sebaiknya dikontrol dengan cara menunjuk secara individual. “Kalau kesalahan satu orang, sebaiknya bicarakan one on one supaya ini tidak menjatuhkan harga diri anak buah di depan koleganya. Ingat, tujuan marah untuk membuat dia menyadari akan adanya kesalahan yang perlu dikoreksi,” katanya.

Marah kepada tim juga diperbolehkan jika memang seluruh anggota melakukan kesalahan. “Tapi syaratnya, tidak menggunakan kata perorangan seperti Anda, tapi kalian. Karena di sini yang salah seluruhnya dan bukan satu individu saja,” katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus