Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Maman Abdurrahman mengungkapkan modus baru penyelewengan konsumsi BBM khususnya solar bersubsidi. Fakta tersebut ditemukannya saat masa reses sebelumnya ketika mengunjungi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta mengecek beberapa jaringan BBM di Sumatera, Jawa, dan sebagian Sulawesi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut politikus Golkar ini, dengan selisih harga yang tinggi antara harga BBB subsidi dengan industri yakni Rp 5 ribu dan Rp 20 ribu per liter, makin banyak bandit yang mengambil keuntungan di lapangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini realitas. Mereka orang yang mencuri, menghisap hak rakyat, ini semakin banyak,” ujar Maman dalam rapat kerja bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif di Komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Rabu, 24 Agustus 2022.
Ia mencontohkan banyaknya truk-truk yang mengantre di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU yang merupakan truk siluman atau truk zombie. Puluhan truk itu biasanya tiba-tiba langsung muncul berbaris di pinggiran SPBU.
Tak sedikit juga truk zombie itu memodifikasi tangki-tangkinya, dari kapasitas awal 100 liter diubah menjadi 200-300 liter. “Masuklah (truk-truk) itu ke SPBU itu ada 10-20 truk zombie yang dibekingi oleh oknum aparat. Ini bisa menjadi pandangan tersendiri dalam proses pengambilan keputusan pemerintah,” kata dia.
Tangki truk zombie itu lalu diisi solar subsidi mulai dari 100-300 liter di SPBU dengan harga Rp 5 ribuan per liter. “(Solar subsidi) Kemudian dijual kepada penampung atau penghisap darah rakyat yang sebenarnya dan dibekingi oknum aparat di daerah. Dengan harga Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu, ada keuntungan dari Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu. Kalau dikali 100 liter dapat Rp 500 ribu,” tutur dia.
Selanjutnya: Satu truk zombie bisa mengantongi Rp 1 juta per hari.
Menurut Maman, hitungan itu baru berasal dari satu SPBU. Setelah itu sejumlah truk zombie itu datang kembali ke SPBU untuk diisi kembali tangkinya. “Dapat lagi Rp 500 ribu, akhirnya dalam satu hari mereka rata-rata mengantongi Rp 1 juta,” ucap Maman.
Dia berharap apa yang disampaikannya menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengambil keputusan, karena realitas ini tidak boleh lagi berjalan. Artinya, subsidi solar untuk masyarakat tidak mampu itu justru lebih banyak dimanfaatkan oleh manusia yang kemudian disebut penghisap darah. “Ini saya pakai diksi yang sangat kejam karena ini sudah keterlaluan.”
Lalu, Maman berujar, tidak sedikit juga mereka kemudian mendorong beberapa LSM untuk menyudutkan pemerintah dan dewan seakan-akan tidak pro kepada kepentingan rakyat. Seakan-akan, kata Maman, soal kenaikan harga BBM, pemerintah dan DPR disebut sebagai bandit yang sebenarnya.
“Padahal merekalah panjahat sebenarnya, keterlaluan ini. Di sisi lain aparat penegak hukumnya tumpul karena tadi oknum-oknumnya bermain. Masa iya sih kita mau biarkan keadaan seperti ini?” ujar Maman lebih jauh soal penyelewengan BBM bersubsidi dengan truk zombie itu.
Baca: Jokowi Setujui PMN Garuda Indonesia Rp 7,5 Triliun, Erick Thohir: Akan Ada 120 Pesawat di Akhir 2022
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.