Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Viral Cacar Monyet di Singapura, Menkes: Belum Ada Vaksinnya

Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan penyakit cacar monyet belum ada vaksinnya.

14 Mei 2019 | 17.10 WIB

Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek dalam kapasitas sebagai anggota Executive Board WHO menghadiri Sidang EB-144 di Jenewa, 24 Januari 2018. [Dok: Kementrian Kesehatan]
Perbesar
Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek dalam kapasitas sebagai anggota Executive Board WHO menghadiri Sidang EB-144 di Jenewa, 24 Januari 2018. [Dok: Kementrian Kesehatan]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan penyakit cacar monyet atau monkeypox belum ada vaksinnya. Hal itu merespons viral di media sosial dan grup Whatsapp.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Vaksinasi saya kira ini belum ada. Karena biasanya vaksin berasal dari virus penyakit tersebut. Saya kira ini belum bisa dilakukan vaksinasi. masih banyak sebetulnya penyakit-penyakit virus yang memang belum mempunyai vaksinasi, termasuk ini," kata Nila di Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 14 Mei 2019.

Pembahasan itu berawal dari pertanyaan pemimpin rapat komisi IX Saleh P Daulay. Nila mengatakan cacar itu pertama kali berasal dari monyet di Afrika, seperti Nigeria, Kongo, Pantai Gading. "Jadi beberapa negara Afrika itu ada. Yang kemudian sekarang berada di Singapura," ujarnya.

Menurut Nila, penyakit itu disebabkan oleh virus dari monyet yang menularkan kepada manusia. Penularan itu, kata dia, melalui darah atau luka di kulit.

Dia mengatakan orang yang terjangkit virus itu, karena virus telah masuk ke dalam tubuh, bukan penularan dari udara. Nila juga mengatakan, hewan yang dapat membawa virus itu bukan hanya dari kera, tapi juga bisa dari binatang liar seperti tikus dan tupai.

Dia mengatakan gejala cacar monyet mirip dengan penyakit yang seperti cacar air, campak, dan penyakit kulit akibat bakteri lainnya. "Ciri-cirinya yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, pembesaran kelenjar getah bening yang timbul setelah 1 sampai minggu masa inkubasi," kata Nila.

Jadi, menurut dia, diagnosa penyakit itu harus melalui laboraturium. Saat ini, kata Nila, penularan antar manusia jarang terjadi. "Adapun kasus kematiannya sekitar 10 persen, dan mayoritas anak-anak," kata Nila.

Dia juga menghimbau kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan. Menurut dia lingkungan memiliki peran dalam penularan virus itu. Nila berharap masyarakat untuk rutin mencuci tangan dan menghindari kontak dengan hewan-hewan yang terinfeksi.

"Kalau kita mau pegang binatang juga tolong memakai sarung tangan atau masker dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat," kata dia.

Baca berita tentang Cacar Monyet lainnya di Tempo.co

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus