Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wacana Merger dengan Garuda, Begini Penjelasan Citilink dan Pelita Air

Maskapai badan usaha milik negara (BUMN) Citilink dan Pelita Air buka suara perihal wacana merger dengan Garuda Indonesia.

23 Agustus 2023 | 07.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai badan usaha milik negara (BUMN) Citilink dan Pelita Air buka suara perihal wacana merger dengan Garuda Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama PT Citilink Indonesia, Dewa Kadek Rai, menyambut baik rencana merger untuk meningkatkan efisiensi dengan share resources dan kolaborasi yang lebih baik lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terutama dengan Pelita," kata Dewa pada Tempo, Selasa, 22 Agustus 2023.

Sebagai informasi, Citilink merupakan anak usaha dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Adapun PT Pelita Air Service adalah anak usaha PT Pertamina (Persero). Dewa mengatakan merger dari Citilink ditargetkan selesai tahun ini.

Sementara itu Direktur Utama PT Pelita Air, Dendy Kurniawan, sepakat dengan rencana merger dengan Garuda Indonesia karena memberi dampak positif dan strategis.

"Yang jelas saya mendukung proses sinergi airlines BUMN supaya bisa lebih sehat dan menjaga keterjangkauan harga tiket dan mendukung konektivitas udara nasional," kata Dendy. 

Dia mengatakan yang memimpin proses merger tersebut adalah Kementerian BUMN. Sehingga Kementerian BUMN lebih pas untuk menjelaskan proses merger antar maskapai BUMN.

Sebelumnya diberitakan, Menteri BUMN Erick Thohir terus mengupayakan biaya logistik nasional menurun dengan efisiensi pada perusahaan-perusahaan milik negara yang dia pimpin.

Indonesia kekurangan 200 pesawat 

Setelah melakukan program efisiensi pada empat Pelindo, Erick mengatakan akan melanjutkan ke BUMN pada klaster lain, yaitu maskapai penerbangan. Saat ini, lanjut dia, terdapat tiga BUMN yang bergerak dibidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air. 

"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1," kata Erick dalam keterangan resminya pada Senin, 21 Agustus 2023. 

Dia melanjutkan, biaya logistik Indonesia sebelumnya mencapai 23 persen, tetapi sekarang 11 persen. 

"Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ujar Erick.

Selain untuk menekan biaya logistik, penggabungan ketiga maskapai BUMN itu juga untuk mengurangi ketertinggalan jumlah pesawat tersebut. Erick menilai, Indonesia masih kekurangan 200 pesawat. 

Perhitungan itu dari perbandingan antara Amerika Serikat dan Indonesia. Di Amerika Serikat, sebut dia, ada 7.200 pesawat yang melayani rute domestik, dengan 300 juta penduduk. Sementara di Indonesia terdapat 550 pesawat, dengan 280 juta penduduk.

 

AMELIA RAHIMA SARI | CAESAR AKBAR

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus