Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Membidik Pertumbuhan dari Dua Sisi

Vice President Director PT Archi Indonesia Tbk Rudy Suhendra membeberkan mengapa bisnis emas masih menggiurkan di tengah penurunan harga komoditas.

19 Juli 2021 | 00.00 WIB

Vice President Director PT Archi Indonesia Tbk, Rudy Suhendra. Dok. Archi Indonesia
Perbesar
Vice President Director PT Archi Indonesia Tbk, Rudy Suhendra. Dok. Archi Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Archi Indonesia akan menggunakan dana IPO untuk ekspansi bisnis emas dan menyelesaikan kewajiban.

  • Tambang emas Archi Indonesia memproduksi 207 ribu ounces pada 2020.

  • Produk logam mulia Archi Lotus dipasarkan bersama anak usaha PT Pegadaian.

Di tengah lesunya industri pertambangan di tengah penurunan harga komoditas, bisnis emas rupanya masih menjanjikan. Pada masa pandemi Covid-19, harga logam ini masih stabil dan bahkan belakangan melesat. Di sisi hulu, potensi cadangan emas pun masih cukup besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dua hal inilah yang membuat Rudy Suhendra, Vice President Director PT Archi Indonesia Tbk, optimistis bisa meraih pertumbuhan bisnis dari dua sisi. Setelah menggelar initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 28 Juni lalu, perusahaan di bawah Grup Rajawali Corpora milik Peter Sondakh ini akan menggelar eksplorasi  lanjutan di Tambang Emas Toka Tindung, Sulawesi Utara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Rudy, hal ini dilakukan setelah dana IPO tersalurkan untuk membayar kewajiban. Selain eksplorasi tambang, Archi Indonesia mengembangkan brand logam mulia sebagai bentuk ekspansi di sisi hilir. Dalam wawancara dengan jurnalis Tempo, Vindry Florentin, pekan lalu, Rudy memaparkan beberapa strateginya. Berikut ini petikan wawancara tersebut.

Archi Indonesia menyelesaikan IPO pada akhir Juni lalu. Seperti apa rencana pengembangan yang akan Anda lakukan setelah IPO?

Salah satu fokus utama kami adalah kegiatan eksplorasi. Pengalaman kami memulai produksi pada 2011 dengan cadangan emas kurang-lebih 900 ribu ounces. Pada akhir 2020, kami mempunyai 3,9 juta ounces karena pada 2019-2020 kami berhasil menemukan 2,5 juta ounces emas. Dengan cash flow yang kuat dan tambahan dari 10 persen dana IPO, kami berharap cadangan emas kami dapat ditingkatkan. Berdasarkan hasil studi atas lahan tambang kami, potensi tambahan cadangan di area yang belum di eksplorasi paling kecil 5 juta hingga 12 juta ounces. Karena itu, fokus kami adalah meningkatkan cadangan tambahan emas.

Mengapa hanya 10 persen dana IPO yang digunakan untuk pengembangan?

Mungkin banyak orang bertanya-tanya, memberikan komentar, mayoritas dana IPO digunakan untuk bayar utang. Sebenarnya, sejak 2017, setiap tahun kami memiliki EBITDA (pendapatan sebelum pajak dan depresiasi) sekitar US$ 200 juta. Bahkan, pada 2020, EBITDA kami mencapai US$ 240 juta. Dengan perolehan itu, belanja modal kami setahun kurang-lebih US$ 80 juta-90 juta. Jadi, sebenarnya cukup untuk membiayai operasi dan mengembangkan perusahaan. Dengan tambahan dana dari IPO, kami berniat menurunkan utang bank jangka panjang karena pembayaran utang jangka pendek sudah tercakup dalam EBITDA. Tujuan kami agar financial charge lebih rendah, interest expense lebih rendah, dari sisi pengaturan cash flow bisa lebih fleksibel dan kami bisa lebih mudah mendapat pendanaan.

Bagaimana target produksi tahun ini?

Pada 2018 kami bisa mencapai produksi 270 ribu ounces. Jadi, kami ingin melampauinya. Target kami dalam lima tahun ke depan produksi bisa mencapai 400 ribu-500 ribu ounces per tahun. Belanja modal juga untuk meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan emas kami dari saat ini 3,6 juta ton per tahun menjadi 8 juta ton. Tahun 2020, karena pandemi, kami melakukan penyesuaian operasi, sehingga produksi hanya 207 ribu ounces, turun dari 2019 yang sebanyak 250 ribu ounces.

Meski produksi turun, harga emas saat ini cenderung naik. Bagaimana dampak tren kenaikan harga emas pada pendapatan perusahaan?

Tahun 2020 harga emas cukup tinggi. Itu juga salah satu yang mendorong peningkatan pendapatan kami. Rata-rata harga jual emas kami US$ 1.800 per ounce. Jika harga stabil, kami tinggal mendorong  volume penjualan dan produksi, agar terjadi pertumbuhan dari dua sisi tahun ini.

Bagaimana dengan potensi pasarnya?

Kebutuhan emas dunia masih sangat besar, terutama untuk underlying bank dan cadangan devisa negara. Meski kami menaikkan produksi menjadi 400 juta ton, tidak akan terjadi oversupply.

Sejauh mana Anda akan mengembangkan produk hilir seperti  logam mulia?

Pada 2019 kami mengembangkan bisnis logam mulia, yang kami sebut minted bar. Seperti yang dijual PT Aneka Tambang Tbk. Kami punya brand  Lotus Archi atau dikenal sebagai emas Merah Putih. Produk ini baru kami jual tahun lalu, siapa tahu Lotus Archi bisa menjadi pilihan baru dan harganya kompetitif.

Seperti apa strategi pemasarannya? Apalagi produk pesaing sudah lebih lama dikenal....

Ada dua pendekatan, yaitu offline dan online. Pemasaran offline bekerja sama dengan 70 toko di seluruh Indonesia, salah satunya Galeri 24, anak usaha PT Pegadaian. Mereka punya 4.000 store di seluruh Indonesia. Tapi kami tidak bisa menggelar marketing secara offline di masa pandemi Covid-19. Karena itu, kami menggelar promosi online, salah satunya bersama Tokopedia. Kami juga akan meluncurkan produk logam mulia bersama perusahaan multinasional.  

Ada rencana menambah porsi bisnis logam mulai dalam portofolio perusahaan?

Pasti. Tapi fokus Archi Indonesia tetap pada pengembangan tambang. Sebanyak 90 persen revenue kami dari tambang emas. Penjualan minted bar lebih untuk brand awareness Archi Indonesia sekaligus menawarkan produk alternatif.

Vice President Director PT Archi Indonesia Tbk, Rudy Suhendra. Dok. Archi Indonesia


Biodata

Nama lengkap: Rudy Suhendra

Pendidikan:

Sarjana Akuntansi dan Sistem Informasi Manajemen Ohio State University, Amerika Serikat, (2003)

Karier:

Auditor eksternal PricewaterhouseCoopers Indonesia (2003-2007)

Manajer Analis Bisnis PT Eagle High Plantation Tbk (2007-2008)

Head of Business Development PT Eagle High Plantation Tbk (2008-2015)

Sekretaris Perusahaan dan Head of Corporate Finance PT Eagle High Plantation Tbk, 2015-2016

Chief Financial Officer PT Archi Indonesia (November 2016-Oktober 2019)

Vice President Director PT Archi Indonesia (Oktober 2019-sekarang)

Direktur Utama PT Elang Mulia  Abadi Sempurna, 2019

Komisaris PT Meares Soputan Mining (2020-sekarang)

Komisaris PT Tambang Tondano Nusajaya (2020-sekarang)

Komisaris PT Karya Kreasi Mulia (2020-sekarang)

Komisaris PT Jasa Pertambangan Perkasa (2020-sekarang).

Komisaris Utama PT Geopersada Mulia Abadi, 2020-sekarang

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus