Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Widjojo dan alasan pemerintah

Laju inflasi meningkat sejak 1971-1978. akibatnya daya saing ekonomi di dalam & di luar negeri merosot. untuk itu nilai tukar rupiah terhadap dolar diganti dengan nilai tukar terhadap mata uang berbagai negara.

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA hari setelah Rupiah diambangkan, Menko Ekuin Widjojo Nitisastro tampil di DPR ia tampak letih. Mungkin karena Prof. Widjojo, seperti kata seorang yang mengetahui, harus kerja lembur sampai subuh Jum'at malam lalu. Banyak hal diakui Widjojo ketika membawakan keterangan Pemerintah tentang 'Kebijaksanaan 15 Nopember' itu. Beberapa petikanù Sejak 1971 sampai akhir Oktober 1978 laju inflasi secara keseluruhan meningkat dengan 237%. Namun dalam 10 bulan terakhir ini -- sejak Januari sampai dengan Oktober -- laju inflasi hanya 3%. Laju inflasi yang tinggi selama 1971-1978 tadi membawa akibat sangat merosotnya daya saing ekonomi Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Di dalam negeri produksi kita mengalami saingan berat dari barang impor. Di luar negeri barang ekspor kita tidak mampu bersaing dengan barang sejenis yang dilemparkan di pasaran dunia oleh negan-negara lain. Barang produksi dalam negeri kalah bersaing dengan barang serupa yang diimpor. karena nngkat inflasi di negara dari mana kita mengimpor barang radi lebih rendah jika dibandingkan dengan ting kat inflasi di sini. Maka ekspor barang-barang kita di pasaran dunia -- seperti bahan pertanian, bahan pertambangan dan sebagainya -- juga kalah bersaing harga dengan barang sejenis yang dihasilkan negara lain. Keadaan ini jelas tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, sebab akan mengakibatkan merosotnya produksi dengan segala rangkaian akibat yang luas. Adapun dewasa ini Pemerintah menilai keadaan ekonomi kita cukup mempunyai daya tahan, hingga sanggup menghadapi perobahan baru yang diperlukan. Beberapa petunjuk: Menurut perkiraan sementara produksi beras tahun ini akan mencapai 17,5 juta ton, sedang produksi beras dalam 1977 mencapai sekitar 15,9 juta ton. Artinya, ada kenaikan produksi lebih dari 10% dalam jangka setahun. Persentase kenaikan ini sungguh besar jika dibanding dengan persentase kenaikan sekitar 0,5% yang terjadi tahun sebelumnya. Kenaikan produksi 10% ini adalah kenaikan terbesar yang pernah dialami dalam produksi pangan Indonesia selama ini. Gambaran lain yang menunjukkan bertambah baiknya-ekonomi Indonesia adalah cadangan devisa kita, yang dewasa ini mencapai sekitar US$ 2,5 milyar. Keadaan ini cukup menggembirakan karena di tahuntahun lampau, terutama akibat kesulitan keuangan Pertamina, cadangan devisa kita yang pernah mencapai sekitar US$ 1,8 milyar, pada waktu itu menurun sampai hanya sekitar US$ 500 juta saja. Harapan terhadap ekspor minyak bumi tidaklah besar. Produksi dan ekspor minyak bumi akan naik di tahun-tahun mendatang, namun peningkatannya relatif sangat kecil. Karena itu segala usaha harus dikerahkan untuk memperbesar ekspor barang lain di luar minyak bumi. Kita bukan saja harus memperbesar ekspor hasil pertanian dan hasil pertambangan, tapi juga harus memperbesar ekspor hasil industri yang selama Repelita II ini telah meningkat produksinya. Beberapa hasil industri yang dewasa ini telah mampu kita ekspor antara lain semen, pupuk, pipa besi dan berbagai macam barang hasil industri lainnya. Penelitian yang mendalam menunjukkan bahwa lemahnya daya saing kita antara lain karena nilai tukar rupiah dewasa ini kurang wajar terhadap mata uang lainnya. Dengan kebijaksanaan baru ini, dikaitkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Sebagai gantinya nilai tukar rupiah dikaitkan dengan kelompok mata uang dari berbagai negara. Unsur penting berikut kebijaksanaan baru ini adalah tukar rupiah terhadap kelompok mata uang asing itu dimungkinkan untuk mengambang. Namun pengambangan itu tidak dibiarkan melonjak-lonjak secara tajam karena keadaan pasar belaka. Dengan demikian diharapkan dunia usaha akan tetap mempunyai kepastian terhadap rencanarencana kegiatannya dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kebebasan lalulintas devisa tetap dijamin seperti keadaannya selama ini. Artinya Bank Indonesia senantiasa bersedia membeli dan menjual kepada umum mata uang asing dalam jumlah yang tidak dibatasi. Salah satu persoalan yang penting adalah ketepatan memilih waktu. Jika langkah baru tidak diambil sekarang, maka dalam tahun-tahun mendatang kita tetap akan dipaksa oleh keadaan untuk mengadakan perobahan dalam nilai tukar mata uang rupiah. Padahal pada waktu itu -- jika tidak diambil langkah perobahan dari sekarang -keadaan ekonomi kita akan makin lemah, terutama karena cadangan devisa tidak sekuat dewasa ini. Seperti sudah dijelaskan, ekspor tidak akan dapat meningkat seperti diharapkan, sedang impor akan tetap besar. Harga barang impor yang dengan sengaja ditinggikan akan mendorong masyarakat untuk membeli barang produksi dalam negeri yang harganya relatif lebih murah. Ini dimungkinkan karena pemerintah tidak memberi keringanan bea masuk bagi impor barang jadi, sebaliknya bea masuk impor berbagai jenis bahan baku dan bahan penolong untuk industri dalam negeri akan makin diringankan. Kebijaksanaan baru ini sekaligus juga digunakan pemerintah untuk mewujudkan pola hidup sederhana seperti ditunjukkan oleh GBHN Dengan perobahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, harga barang mewah yang diimpor akan makin mahal. Ini jelas tidak akan merugikan rakyat banyak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus