Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang Muda Yang Berdagang

Kongres hipmi ke-4 di medan. pontjo sutomo terpilih sebagai ketua umum menggantikan aburizal bakrie. lewat pt. spuma, pontjo berusaha membangun suatu kekuatan ekonomi. (eb)

8 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONGRES Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang barusan usai memang lain dari yang sebelumnya. Bukan karena kota Medan telah dipilih sebagai tempat berlangsungnya kongres ke IV para pengusaha muda itu. Namun adanya penjagaan ketat selama kongres 22 - 24 November, yang ternyata berjalan cukup tegang. Begitu Menteri PAN Sumarlin memukul gong tiga kali di gedung Binagraha Pemda Sum-Ut di Jalan Diponegoro, Medan sebagai tanda diresmikannya kongres, tak urung perhatian sebagian hadirin terpecah menyaksikan 6 panser melintas pelan di jalan di muka gedung. "Itu hanya kesiagaan biasa," kata Pangdam II Brigjen Ismail menjawab Amran Nasution dari TEMPO. Biasa atau bukan, banyak anak pembesar dan orang terkenal yang aktif dalam HIPMI berkumpul di Medan ketika itu. Ada Imron Malik, putra Wapres Adam Malik Djoko putra Irjenbang Sudjono Humarihani, lalu Supriyanto, anak Gubernur DKI Tjokropranolo dan masih banyak lagi. Pontjo Sutowo, putra Ibnu Sutowo, bekas Dir-Ut Pertamina, terpilih sebagai ketua umum menggantikan Aburizal Bakrie yang sekarang lebih aktif di KADIN. Pontjo, 29, berhasil mengumpulkan 56 dari 91 suara, mengalahkan Surya Paloh, 28, calon kuat yang juga anggota MPR dan tokoh muda Golkar Sumatera Utara. Spuma Ada yang menarik dalam kampang Pontjo: Dia ingin meningkatkan komposisi pengusaha HIPMI yang sekarang 70% kecil dan 25% menengah menjadi 40% dan 45%. Sedang 5% yang tergolong besar ingin ditingkatkan menjadi 15%. Pengertian kecil di HIPMI yang beranggota 1.500 pengusaha adalah memiliki omset Rp 50 juta ke bawah setahun, yang menengah di antara Rp 50 juta - Rp 500 juta setahun. Sedang yang besar beromset di atas Rp 500 juta setahun. Sekalipun begitu, seperti kata seorang pimpinan HIPMI, ada juga yang beromset jauh di atas itu, seperti Pontjo sendiri dan Jan Darmadi. "Mereka pasti di atas Rp 10 milyar," katanya. Bisakah Pontjo dan kawan-kawannya memenuhi janjinya? Dalam suatu wawancara khusus dengan TEMPO pekan lalu, Pontjo yakin sasaran itu akan tercapai dalam tiga tahun ini kalau HIPMI bergerak sebagai kelompok. Lewat PT SPUMA, yang belum lama didirikan HIPMI, sasaran untuk membantu permodalan, marketing, ketrampilan manajemen dan iklim berusaha dari para anggota dianggap akan lebih mudah tercapai. SPUMA, singkatan dari Sarana Pembangunan Usaha Muda adalah semacam perusahaan induk (holding company) yang berusaha di berbagai bidang, kecuali consulting. Menurut prospektusnya, PT itu akan mengeluarkan saham-saham khusus untuk anggota, dengan harga nominal Rp 100 ribu per lembar. Untuk mencegah monopoli, seorang anggota tak dibolehkan membeli lebih dari 50 saham. Setiap ketua umum otomatis menjadi komisaris utama PT itu, dan seluruh ketua cabang menjadi komisaris. Tapi Dir-Ut PT Spuma sendiri -- yang sampai sekarang masih dicari -- harus seorang profesional yang bukan anggota HIPMI. "Kalau perlu bisa saja dia seorang asing," kata seorang pimpinan HIPMI di Jakarta. Menurut Pontjo, ada tiga cara Spuma beroperasi investasi langsung, patungan dengan satu atau lebih anggotanya yang butuh modal. Atau tampil sebagai lobyist untuk memenangkan suatu proyek. "Kalau berhasil si anggota diminta untuk membayar upah atau fee yang Iangsung masuk kas perusahaan," katanya. Keluarga "Sebelum ada Spuma, seseorang anggota bisa saja mendapat proyek tanpa merasa itu diperolehnya gara-gara dia anggota HIPMI," kata Pontjo. Sekarang, setelah ada Spuma, setiap proyek yang diperoleh anggota HIPMI harus melalui usaha bersama ini. "Dengan begitu diharapkan bahwa pengurus HIPMI itu benar-benar berusaha untuk anggotanya, bukan sebaliknya," katanya lagi. Usaha bersama seperti itu memang tak pernah dikenal para pengusaha generasi yang lebih tua. "Mereka banyak yang hebat, tapi umumnya berjalan sendiri-sendiri," lanjutnya. Tampilnya Pontjo Sutowo sebagai ketua umum nampaknya menjadi perhatian banyak pengamat. Selaih dia anak bnu Sutowo yan berhasil menanjak begitu cepat, Pontjo nampaknya ingin mempertahankan citra HIPMI yang "independen" itu. "Kami ini kebanyakan masih muda dan bisa menjadi suatu potensi ekonomi yang kuat, tapi bebas dari pengaruh politik manapun." Ini menurut Pontjo penting sekali untuk terus dikembangkan. "Karena sekali kita mengkaitkan diri dengan suatu kekuatan politik, hidup kita pun tergantung pada kuat atau lemahnya kekuatan politik itu," katanya. Dia lalu menunjuk pada kelompok non-pribumi "Mereka boleh dibilang tak pernah dicap termasuk salah satu kekuatan politik. Tak pernah ada yang bertanya Liem Soei Liong itu termasuk kelompok politik mana. Kenapa pada mereka itu berlaku, kenapa pada kita tidak?" Dia tak setuju adanya dominasi ekonomi di satu atau beberapa tangan saja. "Juga kalau itu terjadi dalam keluarga saya," tukas Pontjo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus