Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Emotional Deprivation atau deprivasi emosional merupakan gangguan yang menggambarkan kondisi ketika seseorang merasa tidak penting atau tidak terhubung dengan orang lain di sekitarnya sebab kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi.
Gangguan emosional ini adalah skema paling umum terjadi, meskipun gejala-gejalanya sulit dideteksi. Umumnya, orang yang mengalami gangguan ini cenderung merasa kosong secara emosional dan tidak memiliki orang yang benar-benar mengisi kebutuhan emosionalnya meskipun kebutuhan materilnya telah terpenuhi.
Melansi baarsinstitute.com, gangguan deprivasi emosional pertama kali ditemukan pada 1950-an oleh seorang psikiater asal Belanda, Anna A. Terruwe. Gangguan ini juga memiliki nama lain yaitu neurosis frustrasi yang berhubungan dengan rasa frustasi karena kebutuhan sensitif alami akan rasa cinta tanpa syarat. Anna menemukan bahwa seseorang dengan kelainan deprivasi emosional ini dapat menimbulkan gejala gangguan kecemasan.
Dikutip dari theinternationalpsychologyclinic.com, berikut adalah tanda-tanda akan deprivasi emosional:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Merasa tidak memiliki siapa pun yang dapat bisa diandalkan untuk membimbing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
2. Adanya rasa ingin kebutuhan emosional dipenuhi oleh siapa pun.
3. Merasa tidak pernah didukung secara emosional.
4. Memiliki trauma di masa kecil berupa emosi dan perasaan tidak pernah divalidasi.
5. Merasa kosong dalam hidup tetapi tidak tahu apa faktor penyebabnya.
6. Merasa belum pernah dekat secara emosional dengan siapa pun.
7. Merasa gagal memahami emosi dan kebutuhan pribadi
8. Sepanjang hidup merasa tidak dihibur secara emosional oleh siapa pun.
9. Jarang berbagi ketika berada di posisi sulit dengan siapa pun.
Trauma di masa kecil turut berkontribusi seseorang mengalami emosional deprivasi. Sebab orang tua, keluarga, atau kerabat tidak memperhatikan kebutuhan emosional di masa kecil. Meskipun secara kebutuhan materil, seperti kebutuhan mainan, makanan, dan lainnya terpenuhi tetapi kebutuhan emosional diabaikan.
Kondisi ini membuat menimbulkan perasaan tidak penting di benak anak-anak sehingga terdapat anggapan bahwa keberadaannya tidak berarti. Dalam situasi seperti itulah anak-anak merasa stres dan mengembangkan cara untuk memahami reaksi mereka yang terbawa sampai dewasa. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan untuk mengembangkan koneksi dengan banyak orang di sekitarnya.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Kenali Gejala Kelelahan Emosional yang Sering Diabadikan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.