Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Muslim perlu memperhatikan kondisi kesehatan sebelum menjalani puasa saat Ramadan, siapa saja yang boleh dan tidak. Spesialis penyakit dalam di RSCM Kencana Jakarta, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PDKGEH, menjelaskan penderita diabetes boleh berpuasa selama gula darah terkontrol dan telah melakukan konsultasi terlebih dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Buat orang-orang yang menderita diabetes melitus itu diperbolehkan berpuasa, tentu dengan syarat pada saat berpuasa gula darah dalam keadaan terkontrol,” kata Ari Fahrial, Jumat, 14 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan penderita diabetes dapat mengontrol kandungan gula darah dengan membatasi asupan makanan manis dan menghindari makanan berasal dari gula pasir. Kalau mau mengonsumsi makanan manis, dianjurkan memakan yang mengandung gula kompleks seperti dari buah-buahan.
“Begitu pula dengan takjil, mungkin pilihan terbaik dengan mengonsumsi kurma, misalnya,” ujar Ari.
Hal lain yang perlu diperhatikan penderita diabetes jika ingin berpuasa adalah dosis insulin buat yang sedang menggunakannya untuk pengobatan. “Di satu sisi juga pada orang-orang tersebut untuk kencing manisnya tidak dengan menggunakan insulin lebih dari 30-40 unit per hari. Jadi, memang tidak dianjurkan untuk yang masih dengan dosis tinggi insulin untuk berpuasa,” ucapnya.
Yang tidak dianjurkan berpuasa
Menurut lulusan Universitas Indonesia itu, puasa memang dapat membantu mengontrol penyakit. Namun di sisi lain, puasa juga dapat memperburuk kondisi orang yang sedang mempunyai masalah kesehatan. Ia mencontohkan puasa tidak dianjurkan bagi penderita diabetes yang sudah memiliki gangguan ginjal.
Kelompok lain yang disebutnya tidak dianjurkan berpuasa di antaranya pasien dalam perawatan rumah sakit dan dalam keadaan diinfus, baik infus cairan maupun makanan, atau yang sedang mendapat transfusi darah.
“Pemberian infus makanan dan darah membatalkan puasa. Termasuk pasien PDP dan positif COVID-19 dalam perawatan,” ujar mantan Dekan FKUI itu.
Kemudian, orang yang sedang mengalami infeksi akut seperti radang tenggorokan berat, demam tinggi, diare akut, pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi lain yang menyebabkan demam tinggi, juga penderita migrain atau vertigo, di mana kondisi sakitnya akan bertambah parah jika tidak makan atau minum obat, pasien gagal jantung, hingga lansia yang pikun atau Alzhaimer karena sulit mengingat apakah sudah makan atau minum.
“Jadi sebaiknya memang harus dikonsultasikan kepada dokter mengenai kondisi ini,” saran Ari.
Pilihan Editor: Gejala Diabetes pun Bisa Terlihat di Wajah, Apa Saja?