Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Grup band asal Korea Selatan Bangtan Boys atau BTS kembali bekerjasama dengan UNICEF untuk mengkampanyekan pesan anti perundungan. Bertepatan pada hari persahabatan internasional yang jatuh pada 30 Juli lalu, video kampanye untuk mengatasi kekerasan dengan judul Love MySelf pun digaungkan melalui Youtube.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada bagian awal video berdurasi dua setengah menit itu, para personil BTS tampak duduk dan mengingat tentang banyaknya kasus perundungan. Tak hanya anak-anak di kawasan Asia saja, namun juga tersebar di daerah Amerika, Eropa dan Afrika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat korban menangis dan mulai membenci diri, Jungkook yang tampak memegang kotak di kedua tangannya itu pun sontak mengelap layaknya isyarat menghapus air mata dan menyemangati mereka. Karena keterbatasan namun keinginan untuk menghibur dan memberikan pesan agar tidak melakukan kejadian serupa, BTS pun melantunkan lagu berlirikan kedamaian dan kecintaan akan diri sendiri.
Berbicara dengan salah satu anggota BTS usai penggarapan video, mereka pun sangat mendukung kampanye ini. “Kami mendorong kaum muda di seluruh dunia untuk menemukan cinta dalam diri mereka sendiri dan untuk menyebarkan cinta itu kepada orang-orang di sekitar mereka. Kami berharap bahwa dalam berbagi cinta dan kebaikan dengan orang lain, kami dapat mengakhiri kekerasan satu hari lebih cepat,” katanya seperti yang dilansir dari Soompi pada 30 Juli 2019.
Menyetujui pernyataan BTS, sekretaris UNICEF di Korea Lee Ki Cheol pun juga sangat bersyukur karena grup sebesar BTS masih peduli terhadap masa depan anak-anak di masa depan. “Kami berharap bahwa video yang diproduksi dengan BTS pada Hari Persahabatan Internasional ini akan memberikan kenyamanan dan kekuatan kepada kaum muda di seluruh dunia dan mendorong mereka untuk menyebarkan cinta dan kebaikan,” katanya.
Menjadi pelaku bully bisa banyak sebabnya. Salah satunya adalah karena kekerasan yang terjadi di rumah tangga anak-anak itu. Misalnya dari orang tua yang memukul, menampar, meninju, atau kekerasan verbal seperti komunikasi kasar, penuh makian kepada anak. "Bisa juga karena situasi rumah penuh agresi, konflik dan permusuhan antara ayah-ibu, maupun orang tua-anak; kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dalam keluarga," kata psikolog RS Pondok Indah - Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, pada Kamis, 18 Juli 2019.
Agar karakter negatif ini tak muncul, Jane menyarankan orang tua menerapkan pola asuh yang tidak melibatkan kekerasan, namun tetap tegas, mengekspresikan kasih sayang dan penerimaan pada anak. Selain itu, jalin komunikasi terbuka, luangkan waktu rutin untuk sesi berbagi cerita misalnya seminggu sekali. "Sesi sharing setiap minggu. Semua anggota keluarga bercerita pengalaman seminggu terakhir, agar anak merasa komunikasi dengan keluarga terbuka. Topiknya bisa berganti-ganti," kata Jane.
Anak yang berpotensi sebagai pelaku perundungan biasanya tidak memiliki rasa empati. "Dia tidak bisa mengerti perasaan orang lain, kurang bisa berempati," ujar dia.
Untuk menumbuhkan rasa empati anak, menurut Jane, orang tua bisa mengajarkan misalnya perilaku antre saat berada toilet umum atau berempati pada asisten rumah tangga yang sedang sakit sehingga tak mampu mengerjakan tugasnya seperti biasa. "Ajari anak menahan (buang air) dan harus antre. Lalu di rumah bisa juga diajari berempati pada ART. Kasih penjelasan ke anak kalau tugasnya bisa kita siapkan dulu karena ART sakit," kata Jane.
Selain kurang berempati, regulasi emosi yang kurang, selalu ingin berkuasa, ingin mendominasi dan perilaku agresif juga menjadi ciri pelaku perundungan.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | YOUTUBE | SOOMPI | ANTARA