Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Cegah Hipotermia, Segera Ganti Baju Basah dengan yang Kering

Segera mengganti baju yang basah akibat banjir dengan pakaian kering adalah salah satu cara mencegah hipotermia. Ini saran dokter.

2 Januari 2020 | 20.19 WIB

Seorang anak diletakan di dalam keranjang plastik oleh orangtuanya saat melintasi banjir di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jelambar, Jakarta, Kamis 2 Januari 2020. Banjir tersebut terjadi karena meluapnya Kali Angke. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Perbesar
Seorang anak diletakan di dalam keranjang plastik oleh orangtuanya saat melintasi banjir di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jelambar, Jakarta, Kamis 2 Januari 2020. Banjir tersebut terjadi karena meluapnya Kali Angke. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Hipotermia menjadi salah satu ancaman kesehatan saat banjir melanda. Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) Jakarta menyatakan mencegah terjadinya hipotermia atau kedinginan berat, atau kondisi menurunnya suhu tubuh secara drastis, bisa dilakukan dengan cara mengganti baju yang basah karena banjir dengan pakaian yang kering.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ketua Umum PDEI Jakarta, dr. Abdul Halik Malik, menjelaskan tubuh yang terendam air banjir dan pakaian yang basah tanpa diganti hingga semalaman bisa memicu kondisi hipotermia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Terutama mereka yang terendam cukup lama sehingga suhu tubuhnya menurun drastis atau pakaian basah dipakai sepanjang hari semalaman, itu pemicu hipotermia sehingga bisa tidak tertolong," kata Halik.

Ia menjelaskan hipotermia merupakan kondisi tubuh yang kehilangan suhu panas secara drastis sehingga mempengaruhi sistem sirkulasi, sistem pernapasan, dan sistem saraf, yang bisa berakibat fatal hingga kematian. Normalnya, suhu tubuh manusia berada di antara 36-37,2 derajat Celsius. Seseorang bisa mengalami hipotermia bila suhu tubuhnya lebih rendah dari 35 derajat Celsius.

Oleh karena itu, penting bagi korban banjir untuk menjaga suhu tubuh dengan mengenakan pakaian yang kering dan sebisa mungkin menjaga tubuh agar tidak terendam air. Hipotermia biasanya lebih rentan menyerang anak-anak dan lanjut usia, yang kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan lebih rendah.

"Untuk kondisi tertentu seperti anak-anak dan usia lanjut itu kemampuan adaptasinya lebih kecil, jadi lebih mudah mengalami hipotermia," kata Halik.

Ia menjelaskan orang yang mengalami hipotermia memiliki ciri-ciri seperti tubuh yang pucat kebiruan, menggigil, mati rasa pada beberapa bagian tubuh. Pada tahap berat akan menurunkan kesadaran, gangguan berbicara atau meracau, dan di tahap lebih berat lagi akan menyebabkan sesak napas, jantung berdebar kencang kemudian melemah, hingga pingsan.

Pada anak-anak biasanya diam tidak bisa menyampaikan sesuatu, lemas, menangis, tidak bisa diberi makan atau minum. Dilihat dari fisiknya juga pucat kebiruan atau kemerahan dan ketika diraba terasa dingin.

Pertolongan pertama pada orang yang mengalami hipotermia adalah dengan memberikan pakaian yang kering, ditambahkan dengan pakaian hangat, seperti jaket atau selimut, diberi minuman hangat, atau juga bisa dikompres dengan air hangat di kepala dan leher.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus