Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Musim Hujan, Kemenkes Ingatkan Masyarakat agar Waspada DBD

Kemenkes mengimbau masyarakat mewaspadai penyebaran DBD di musim hujan melalui upaya-upaya pencegahan serta inovasi.

15 Februari 2025 | 22.47 WIB

Ilustrasi nyamuk aedes aegypti demam berdarah. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti demam berdarah. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus demam berdarah dengue dari awal Januari hingga 3 Februari 2025 tercatat sebanyak 6.050 dengan 28 kematian, yang tersebar di 235 kabupaten/kota di 23 provinsi. Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, pun mengimbau masyarakat mewaspadai penyebaran DBD di musim hujan melalui upaya-upaya pencegahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Dengue tetap menjadi ancaman kesehatan yang nyata bagi masyarakat Indonesia, mengungkapkan bahwa kasus dengue terjadi sepanjang tahun dan cenderung meningkat pada musim hujan," katanya dalam acara “Langkah Bersama Cegah DBD” di Jakarta, Sabtu, 15 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ina menjelaskan kasus yang diakibatkan nyamuk Aedes aegypti tersebut tak hanya menjadi masalah kesehatan tetapi juga berdampak pada produktivitas masyarakat serta membebani sistem layanan kesehatan. Ia juga mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen mengendalikan penyebaran DBD dengan berbagai program, di antaranya pengendalian vektor, gerakan 3M Plus, serta Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang terus diperkuat dengan edukasi berkelanjutan. 

Selain itu, pemerintah telah menetapkan Strategi Nasional Penanganan Dengue 2021-2025 yang menekankan sinergi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memperluas jangkauan edukasi dan pencegahan. Ina juga menegaskan untuk melawan dengue tidak cukup hanya dengan satu pendekatan. Pemerintah telah mengadopsi strategi berbasis inovasi, termasuk implementasi nyamuk ber-Wolbachia di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang, serta vaksinasi sebagai langkah perlindungan tambahan.

"Upaya ini perlu didukung peran aktif masyarakat. Salah satunya dengan menerapkan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, mendaur ulang, dan mencegah gigitan nyamuk," ujarnya.

Kenali gejala
Sementara itu, spesialis anak I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyoroti potensi peningkatan kasus dengue, terutama pada musim hujan. Menurut data, sebanyak 47 persen kasus dengue terjadi pada anak-anak dan remaja, di mana kelompok usia 1-14 tahun memiliki angka kematian tertinggi, yaitu 45 persen pada usia 5-14 tahun dan 21 persen pada usia 1-4 tahun.

"Pencegahan menjadi kunci utama dan vaksinasi dapat menjadi langkah perlindungan tambahan," kata Ayu.

Ia mengatakan dengue pada anak sering diawali gejala demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, bintik merah di kulit, muntah, dan sakit perut. Ayu menjelaskan jika terlambat ditangani maka dapat berlanjut ke syok dengue yang berisiko fatal. Namun, vaksinasi dengue tidak tercakup dalam program BPJS melainkan dalam Program Imunisasi Nasional yang menargetkan anak-anak.

"Untuk itu, langkah pencegahan dini sangat penting dan masyarakat diimbau untuk tidak menunggu hingga terlambat dalam menangani penyakit ini," tegasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus