Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit autoimun dapat mengenai semua organ atau sistem organ tubuh pada tubuh manusia, termasuk pembuluh darah. Autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari patogen atau kuman berbahaya namun malah berbalik menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Endah Citraresmi mengatakan ruam atau bercak merah di tungkai bawah bisa merupakan gejala radang pembuluh darah kecil atau vaskulitis immunoglobulin A (IgAV), salah satu kondisi autoimun tersering yang dijumpai pada anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kriteria diagnosis Henoch Schonlein Purpura (nama lain dari vaskulitis IgAV) wajib ditemukan purpura atau bercak merah. Apa bedanya sama biduran dan digigit nyamuk? Purpura itu kalau kita tekan dia tidak hilang. Purpura pada HSP dominannya di tungkai bawah,” kata Endah, Selasa, 3 September 2024.
Selain ruam atau bercak merah di tungkai bawah, ada kriteria lain yang menjadi tolok ukur diagnosis radang pembuluh darah kecil. Salah satunya radang sendi (arthritis) dan nyeri sendi (arthralgia) yang biasanya disertai bengkak di pergelangan tangan atau lutut. Kriteria lain yang menandakan radang pembuluh darah kecil adalah sakit perut difus. Sakit perut ini terjadi karena adanya peradangan pembuluh darah di sekitar perut.
Diagnosis kerap terlambat
Menurutnya, sebagian anak dengan vaskulitis IgAV atau HSP mengalami gejala awal sakit perut difus dan belum ditemukan bercak merah di tungkai bawah. Meski gejala-gejala radang pembuluh darah kecil ini lebih mudah dikenali, Endah mengatakan urutan dari satu gejala ke gejala lain tidak khas sehingga diagnosis kerap terlambat.
“Tidak jarang datang sudah dioperasi karena dokter sebelumnya tidak tahu penyebab sakit perut yang dialami anak. Ada yang sampai sakit perut hebat, sampai peradangan di perut, sehingga harus dioperasi. Kemudian, baru purpuranya keluar sehingga saat itu baru kami bisa tahu, ternyata ini adalah HSP,” papar Endah.
Selain itu, gejala radang pembuluh darah kecil juga kerap melibatkan tanda-tanda fungsi ginjal yang tidak berjalan dengan normal, seperti kandungan protein tinggi dalam urine (proteinuria) atau darah dalam urine (hematuria).
“Kami juga harus periksa urine, memastikan apakah ada protein yang bocor atau ada darah yang bocor. Atau kalau kulitnya dibiopsi atau ginjalnya dibiopsi, kita bisa ketemu gambaran patologi, yaitu ada pengendapan dari IgA,” jelasnya.
Endah mengatakan jenis penyakit autoimun beragam. Selain radang pembuluh darah kecil, ada dua autoimun lain yang sering dijumpai pada anak, yaitu radang sendi karena autoimun pada anak atau juvenile idiopathic arthritis (JIA) serta systemic lupus erythematosus (SLE) atau disingkat lupus.
Secara umum, mayoritas penyakit autoimun tidak mudah didiagnosis. Selain wawancara atau anamesis dan selalu melakukan pemeriksaan fisik, dokter sering harus melakukan pemeriksaan laboratorium.
“Pemeriksaan laboratorium ini ada yang untuk mendiagnosis. Contohnya ANA atau antibodi spesifik, ini untuk lupus, misalnya. Juga untuk melihat tingkat kerusakan organ atau organ apa yang sudah terlibat. Kami akan periksa fungsi hati, fungsi ginjal, hematologi,” kata Endah.
Proses diagnosis untuk penyakit autoimun juga kerap membutuhkan pemeriksaan radiologi atau pencitraan seperti rontgen, CT scan, MRI, USG, atau ekokardiografi. Endah pun menyebut pentingnya diagnosis dini sehingga diharapkan bisa mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pilihan Editor: Kenali Gejala Radang Sendi pada Anak, Bisa Jadi Terkait Autoimun