Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Musikus yang belakangan sibuk sebagai ustad, Hari Moekti, meninggal di Rumah Sakit Dustira, Kota Cimahi, Jawa Barat, Minggu, 24 Juni 2018, sekitar pukul 20.49 WIB. Moekti Chandra, adik Hari Moekti, mengungkapkan penyebab meninggalnya sang kakak. "Meninggal karena sakit stroke," ujarnya saat dihubungi via telepon, Minggu malam.
Baca: Hari Moekti Peluk Istri dan Minta Maaf Sebelum Serangan Jantung
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter okupasi Nuri Purwito Adi mengatakan stroke, komplikasi serangan jantung dan beberapa penyakit seperti hipertensi, hiperkolesterol, adalah salah satu dampak penyakit bagi orang yang terlalu banyak bekerja. Nuri menjelaskan tubuh manusia memiliki keterbatasan menerima beban pekerjaan. Di banyak negara, durasi kerja bahkan diatur hanya sekitar 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. "Agar fit kembali, tubuh membutuhkan istirahat," kata Nuri. Ia menjelaskan, organisasi WHO sudah mengkategorikan penyakit metabolik ini sebagai penyakit akibat dampak lingkungan, termasuk tekanan di lingkungan pekerjaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menuturkan, tanda-tanda pertama kesehatan seseorang sudah terganggu akibat pekerjaan adalah adanya ketidaknyaman dari sisi psikis, seperti merasa cemas, tidak bersemangat, depresi, sulit tidur, atau gangguan nafsu makan. Hanya, sering kali masyarakat tidak menyadari tanda-tanda itu sebagai gangguan terhadap kesehatan akibat pekerjaan.
Para pekerja dengan sistem gilir atau shift, Nuri mengimbuhkan, merupakan pekerja yang paling rentan mendapat gangguan kesehatan akibat beban kerja. Begitu juga pekerja di bidang keuangan, yang dilihat oleh Nuri sering lembur pada saat tutup buku atau akhir tahun. Berikutnya adalah para pekerja yang memiliki tenggat, seperti jurnalis dan pekerja di sektor periklanan. "Waktu kerja mereka memotong waktu istirahat, dan siklusnya tidak jelas," ujar Nuri.
Baca: Hari Moekti Meninggal karena Stroke, Ini Lima Langkah Pencegahan
Soal rentang usia, Nuri melihat gangguan kesehatan akibat kerja sering dialami mereka yang berusia di bawah 30 tahun dan di atas 50 tahun. Secara gender, perempuan lebih rentan terkena gangguan kesehatan akibat pekerjaan.
Psikolog Irma Gustiana mengatakan beban kerja berlebih bisa terjadi pada dua tipe orang. Pertama, mereka yang memang gemar bekerja. Dan kedua, mereka yang bekerja berlebih karena tuntutan atasan. Ia melihat orang-orang dengan tipe kedua jauh lebih berisiko dibanding tipe pertama. "Dia lebih lama di kantor atau membawa pekerjaannya pulang. Semua energinya terkuras," katanya, Jumat pekan lalu.
Irma menuturkan, mereka yang bekerja karena tuntutan atasan biasanya mengerjakan tugas-tugasnya tidak dengan sepenuh hati. Konflik batin tak jarang ditemukan. Ini sangat berbeda dengan yang memang senang bekerja. Mereka akan mengerjakannya dengan nyaman dan bahagia.
Menurut Irma, kehidupan para pekerja harus seimbang antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan. Ia mengibaratkan, jika kehidupan adalah sebuah kue pie, maka pekerjaan, kehidupan sosial, dan keluarga seharusnya memakan porsi yang sama. Jika pekerjaan memakan porsi buat yang lain, akibatnya akan buruk bagi kesehatan dan kehidupan personal. "Banyak mereka yang berumur 40 tahunan tidak menikah karena mengejar karier terus-menerus."
Baca: Hari Moekti Meninggal karena Stroke
Irma menganjurkan masyarakat memberi perhatian kepada orang terdekatnya. Peran orang terdekat bisa sebagai pengingat bahwa ada hal lain yang bisa dikerjakan di luar pekerjaan. Akan halnya tentang para atasan, Irma melihat bahwa seorang atasan yang bijaksana pasti akan memberikan saran kepada bawahan yang memiliki beban kerja berlebih untuk pulang lebih dulu buat beristirahat dan meninggalkan pekerjaannya.
KORAN TEMPO