Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Heboh Pelecehan Seksual, Waspada Trauma Lanjutan pada Korban

Emosi keluarga korban pelecehan seksual bisa menimbulkan trauma lain pada korban. Simak penjelasan psikolog.

26 Januari 2018 | 10.03 WIB

Ilustrasi
Perbesar
Ilustrasi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Video viral pengakuan seorang pasien perempuan terkait dengan kasus pelecehan seksual yang menimpanya oleh perawat laki-laki di National Hospital, Surabaya, masih menjadi perhatian masyarakat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Peristiwa tersebut terjadi pada Selasa, 23 Januari 2018, pukul 11.30-12.00 WIB. Saat kejadian, korban dan perawat laki-laki itu sedang berada di ruang pemulihan setelah korban menjalani operasi serta masih dalam pengaruh obat bius.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dalam video tersebut, dengan terisak, pasien perempuan itu menyuruh si perawat laki-laki mengakui perbuatannya. Korban diberitakan mengalami stres berat akibat tindakan pelecehan tersebut.

Kepada Tempo, psikolog klinis, Dra A. Kasandra Putranto, Psi, menanggapi kasus pelecehan seksual yang merebak dan dampaknya bagi korban. “Pelecehan seksual biasa meninggalkan trauma yang tidak kecil. Kepentingan korban harus didahulukan,” katanya lewat pesan tertulis, Jumat pagi, 26 Januari 2018.

Keluarga dan orang terdekat korban berperan penting dalam masa pemulihan pasca-kejadian pelecehan tersebut. “Sedapat mungkin korban segera mendapatkan pendampingan (dari lingkup terdekatnya) dan diserahkan kepada yang ahli untuk menghindari trauma yang berkepanjangan,” ujar Kasandra.

Namun, bagaimana pihak keluarga itu sendiri menanggapi peristiwa pelecehan seksual yang terjadi pada anggota keluarganya?

Menurut Kasandra, kasus pelecehan seksual pasti memicu emosi dari pihak keluarga korban. Namun ternyata efek emosi yang terjadi pada keluarga korban bisa menambahkan rasa trauma lain bagi korban.

“Pihak keluarga kemungkinan akan emosi, kemudian panik. Padahal hal ini bisa menyebabkan secondary trauma bagi korban.”

Kasandra menuturkan langkah awal yang harus menjadi fokus pihak keluarga adalah kondisi korban. Pihak keluarga harus bisa bereaksi atau menanggapi dengan bijak dan mementingkan kebutuhan korban.

“Karena bisa menimbulkan trauma yang lain, pihak keluarga tentu harus bisa menanggapi peristiwa tersebut dengan bijak. Dahulukan kepentingan korban pelecehan seksual dan dampingi serta serahkan kepada ahli untuk perawatan lebih lanjut,” kata Kasandra.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus