Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyebut 75 dari 100 orang, baik anak maupun dewasa, tidak sadar terkena diabetes. Ia mengatakan kurangnya edukasi tentang diabetes pada anak membuat pasien datang berobat dalam fase yang sudah lanjut atau koma.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sangat penting orang tua mengetahui gejala diabetes pada anak dengan memahami trias diabetes, yaitu polidipsi, poliuri, polifage. Gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 sebenarnya sama, anaknya sering minum, sering kencing, dan sering lapar. Jadi, mesti waspada pada anak-anak yang minumnya banyak, kencingnya banyak, lapar terus, apalagi minumnya ingin yang manis terus, ini gejala diabetes,” kata Piprim di Jakarta, Minggu, 21 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan memahami tiga gejala diabetes di awal orang tua bisa mengidentifikasi gejala yang perlu penanganan dokter anak segera. Lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan skrining yang tepat sangat penting untuk pemberian obat dan juga untuk kondisi medis anak.
Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan melihat kadar C-peptide untuk memeriksa produksi insulin. Jika anak diabetes tipe 1, C-peptide akan menunjukkan kadar negatif insulin yang berarti harus ditambah dengan suntikan insulin. Namun pada anak diabetes tipe 2, kadar C-peptidenya menunjukkan positif insulin tapi harus mengubah gaya hidup yang lebih sehat.
“Sangat penting skrining awal karena nanti pengobatannya berbeda. Kalau ada yang terkena diabetes, gula darah tinggi, dia harus segera pastikan tipe 1 atau tipe 2 karena tatalaksananya jauh berbeda. Kalau tipe 1 mutlak harus diberikan insulin, bahkan seumur hidup,” papar Piprim
Ia juga menjelaskan diabetes tipe 1 paling sering baru diketahui setelah anak berusia 10 tahun atau usia sekolah. Deteksi awal bisa dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan pada anak, termasuk pengecekan gula darah yang rata-rata masih jarang dilakukan.
Perhatikan hal yang tak wajar
Piprim mengatakan pemeriksaan juga penting untuk memantau berbagai penyakit yang dicurigai orang tua jika anak ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Beberapa kondisi yang disarankan untuk melakukan pemeriksaan pada anak jika mendapatinya sangat kurus, lebih pendek dibanding teman seusia, ada perbedaan aktivitas pada anak seperti sering sesak dan kurang aktif, maka disarankan untuk ke dokter anak agar diarahkan untuk panduan pemeriksaannya.
“Kalau orang tua mau periksa laboratorium medical check up biasa boleh-boleh saja tapi disarankan ke dokter dulu biar lebih terarah mau cari apa, curiga apa, karena kalau cek semua mahal. Jadi, lebih terarah dengan keluhan khas untuk anak tersebut,” jelas Piprim.
Namun, jika anak tidak ada keluhan yang berbeda, tumbuh kembang anak bisa dipantau secara mandiri melalui buku KIA atau aplikasi Primaku dari IDAI. Pertumbuhan anak yang baik bisa dipantau melalui penambahan berat badan dan tinggi badan. Orang tua juga perlu memantau perkembangan kecerdasan dan kemampuan anak. Selama tumbuh kembangnya sesuai dengan usia, pemeriksaaan kesehatan tidak terlalu disarankan.
Pilihan Editor: Ketua IDAI Paparkan Segala Hal Terkait Diabetes pada Anak