Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes melitus ditandai tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah secara terus-menerus dan dapat terjadi pada anak dan remaja. Ada dua kondisi diabetes yang paling umum, yakni diabetes tipe 1 yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh dan diabetes tipe 2 yang lebih banyak berhubungan dengan gaya hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pada anak-anak, diabetes tipe 1, walaupun dia tidak banyak minum pemanis buatan atau makan karbohidrat biasa saja, dia tidak bisa memetabolisme karbohidrat, jadi perlu suntik insulin," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso di Jakarta, Kamis, 18 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas sehingga produksi insulin menjadi rendah atau bahkan tidak ada. Tanpa insulin, glukosa terakumulasi dalam aliran darah. Akibatnya, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi.
Sedangkan diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap upaya insulin untuk mendorong glukosa ke dalam sel, suatu kondisi yang disebut resistensi insulin. Akibatnya, glukosa mulai menumpuk di dalam darah.
Pada orang dengan resistensi insulin, pankreas merespons peningkatan kadar glukosa darah dengan membuat insulin ekstra. Akibatnya, pankreas menjadi kelelahan saat resistensi insulin memburuk.
"Pada diabetes tipe 2, salah satu faktor utama karena banyak minum dengan pemanis buatan, terutama high fructosa syrup, ini gula sirup yang banyak dipakai di minuman soft drink," jelas dokter k di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta itu.
Ia menambahkan, kebiasaan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti makanan olahan juga dapat menyebabkan hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi. Piprim menjelaskan diabetes tipe 2, yang lebih banyak terjadi akibat pola hidup tidak sehat, masih bisa diperbaiki sesuai derajat keparahan. Menurutnya, diabetes tipe 2 fase awal bisa dikontrol dengan memodifikasi gaya hidup agar lebih sehat.
"Olahraga, mengatur pola makan, kalau sudah remaja bisa dengan intermittent fasting. Intinya gaya hidup yang sehat itu bisa membalikkan diabetes di awal-awal," ujarnya.
Antara kurus dan obesitas
Ia mengatakan anak yang mengalami diabetes tipe 1 umumnya cenderung kurus sedangkan penderita diabetes tipe 2 biasanya gemuk atau obesitas. "Hampir 80 persen anak diabetes tipe 2 adalah obesitas," tuturnya.
Piprim menjelaskan ada pemeriksaan untuk mengetahui tingkat produksi insulin yang bisa dilakukan untuk mengecek status diabetes pada anak.
"Ada pemeriksaan C-peptida untuk memeriksa apakah insulinnya masih diproduksi atau tidak. Jadi, anak diabetes C-peptidanya negatif, insulin negatif, berarti tipe 1. Tapi, kalau C-peptidanya masih positif, insulinnya masih ada, dia tipe 2," paparnya.
Ia mengatakan anak yang didiagnosis diabetes harus segera mendapat penanganan medis yang tepat. Ia Menurutnya, anak dengan diabetes tipe 1 perlu mendapat terapi insulin. Dokter akan mengajarkan cara pemberian obat suntik dan dosisnya.
Anak dengan diabetes tipe 2 tidak perlu injeksi insulin tetapi harus menjalani perubahan gaya hidup drastis agar kondisinya tidak menjadi kronis dan menimbulkan berbagai komplikasi. Dokter menyarankan pengaturan pola makan dan olahraga untuk mengontrol diabetes tipe 2 pada anak maupun remaja.
Pilihan Editor: Tips Kontrol Diabetes untuk Hindari Gangguan Penglihatan