Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Ini Dia Minuman Paling Digemari di Pesawat

Minuman ale jahe atau rasa jahe bersoda sangat digemari di pesawat dalam penerbangan di Eropa maupun Amerika Utara. Lantas apa manfaatnya?

20 Februari 2020 | 20.02 WIB

Produk ale jahe dari Seagrams. Foto: @seagramsgingerale
Perbesar
Produk ale jahe dari Seagrams. Foto: @seagramsgingerale

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam penerbangan jarak jauh, beberapa orang menyukai bloody mary atau minuman bersoda. Meskipun air mineral juga populer, hanya saja rasanya tawar. Dari sekian minuman, yang paling dicari dalam penerbangan, ternyata ale jahe – minuman bersoda rasa jahe.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di atas ketinggian 36.000 kaki, ale jahe menjadi minuman favorit. Menurut Paste Magazine ale jahe pernah menjadi salah satu minuman ringan dan koktail paling populer di Amerika Utara. Awalnya,minuman ini dikembangkan oleh apoteker Irlandia Thomas Joseph Cantrell. Lalu mulai

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Populer di Inggris pada tahun 1840-an. Ale jahe yang terdiri dari jahe kering dan jahe emas, segera populer di Irlandia dan Inggris.

Di seberang benua, John J. McLaughlin dari Enniskillen, Ontario, pertama kali menciptakan Canada Dry - salah satu merek ale jahe kering yang paling dikenal sampai hari ini - pada tahun 1890, menurut The Vintage Inn. Penemuannya begitu tajam dan bergelembung sehingga ia bahkan memasarkannya sebagai "Champagne of jahe ales" karena rasa dan warna Canada Dry.

Pada 1920-an, bir jahe menjadi minuman pokok di bar-bar Amerika Serikat. Pembuat minuman keras yang menyelundupkan berbagai minuman keras seperti wiski dan gin, menemukan bahwa minuman ale jahe sangat bagus dicampur sebagai koktail.

Meskipun menurut Statista, merek-merek ale jahe tidak mampu mematahkan 10 soda paling populer di AS, seperti Dr. Pepper, Mountain Dew, dan tentu saja, Coca-Cola, namun ale jahe sangat laku di dalam pesawat.

Bagaimana penjelasannya? Indera perasa manusia bertindak sedikit berbeda ketika kita terbang. Ini karena tekanan udara dan kabin yang lebih kering, dapat menumpulkan indra pengecap dan penciuman manusia. Hal itu membuat makanan dan minuman terasa sedikit berbeda dari yang ada di permukaan bumi. Udara di dalam kabin pesawat setipis dan kering seperti di atas puncak gunung yang sekitar 1.800- 2.400 mdpl, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Karena itu, rasa seperti rasa manis dan asin paling berpengaruh. Menurut ahli gizi Lauren Grosskopf, kepada Travel and Leisure mengatakan bloody mary atau jus tomat biasa, sebenarnya sedikit membosankan. Namun bila diminum di langit, memberi rasa lebih kenyang (perasaan puas). Begitu halnya saat terbang, minuman ale jahe, rasanya sangat kering dan tajam. Dan membuat tubuh terasa lebih segar.

Ale jahe rasanya kian tajam bila dinikmati dalam pesawat, karena perubahan dalam indera perasa manusia. Foto: Martine Doucet/Getty Images

Grosskopf mengatakan kepada Travel and Leisure, bahwa jahe juga bisa sangat baik bagi wisatawan karena manfaat obatnya. Jahe telah digunakan sebagai obat rumahan untuk mual, gangguan pencernaan, dan nyeri otot, dan sebagai antiinflamasi -- jauh sebelum minuman ringan, menurut Healthline, "Jahe membantu meredakan sakit perut dengan selebaran yang gugup," kata Grosskopf.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus