Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lahaina menjadi tuan rumah dua setengah juta wisatawan yang mengunjungi Pulai Maui, Hawaii, setiap tahun. Awal pekan ini, kota yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Hawaii itu hancur menjadi abu dan puing akibat kebakaran hutan yang tragis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut situs web resmi Lahaina, Raja Kamehameha I mendirikan Lahaina sebagai ibu kota Kerajaan Hawaii pada tahun 1802. Kemudian membangun sebuah istana, serta bangunan kerajaan lainnya, di kota tersebut, menciptakan politik pusat Kepulauan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dr. Ty Kwika Tengan, profesor antropologi dan studi etnis di University of Hawaii di Manoa, mengatakan bahwa selain menjadi ibu kota Kerajaan, Lahaina berfungsi sebagai titik fokus agama dan spiritual. Selain itu, juga memiliki sejarah dalam mendirikan mesin cetak pertama dan menjadi sumber intelektual bagi generasi Hawaii selama Kerajaan hingga hari ini.
Berkat akses pelabuhan dan posisinya di sepanjang rute perdagangan populer, Lahaina mulai menjadi tempat perburuan paus dan penangkapan ikan pada tahun 1820-an. Lebih dari 400 kapal penangkap ikan paus setiap tahun bersandar pada tahun 1850-an, termasuk penulis terkenal Moby Dick Herman Melville.
Meskipun ibu kota dipindahkan ke Honolulu pada tahun 1845, Lahaina tetap menjadi kota terkemuka untuk berkumpulnya keluarga kerajaan, pembangunan ekonomi, dan budaya.
Kondisi terkini Lahaina
Saat ini pemerintah berupaya untuk pemulihan kota dan evakuasi korban tewas. Letnan Gubernur Hawaii, Slyvia Luke menyebut pemandangan bekas kota Lahaina sangat mengejutkan dan menghancurkan.
Gubernur Josh Green juga membagikan kondisi terbaru langsung di depan Font Street, Lahaina, melalui Instagram-nya. Di lokasi itu terlihat beberapa bangunan yang terbakar menjadi tumpukan yang membara.
"Di belakang saya, Anda dapat melihat kehancuran di sini di Lahaina. Ini luar biasa secara tragis hilang,” kata Green.
Landmark bersejarah yang terbakar
Selain bangunan beberapa landmark bersejarah juga terbakar. Di antaranya, Lahaina Banyan Tree yang ditanam pada tahun 1873 untuk menghormati peringatan 50 tahun misi Protestan pertama di Lahaina.
Pohon itu tumbuh menjadi bagian sentral dari pesona Lahaina dengan akar dan dahan menjulur ke luar. Senator Hawaii Brian Schatz men-tweet video pohon berusia 150 tahun itu, yang tampaknya terbakar parah, tetapi masih berdiri.
Badwin Home Museum, rumah tertua di Maui, juga tidak selamat dari kobaran api. Dibangun antara tahun 1834 dan 1835, rumah tersebut menampung misionaris medis Dwight Baldwin dan Charlotte Fowler Baldwin dari New England, serta delapan anak mereka.
The Pioneer Inn, sebuah hotel yang berasal dari tahun 1901, juga menjadi korban kebakaran hutan Maui. Bangunan yang ditetapkan sebagai Tempat Bersejarah Nasional tahun 1962, juga termasuk Hotel Bersejarah Amerika sejak 2016.
Gereja Wailoa, yang merayakan hari jadinya yang ke-200 awal tahun ini, juga dilalap api. Awalnya bernama Wainee, kuburan gereja adalah tempat peristirahatan terakhir yang sakral dari keluarga kerajaan, termasuk Ratu Kepolani, istri Raja Kamehameha I dan ibu dari Raja Kamehameha II.
TRAVEL AND LEISURE
Pilihan editor: 5 Makanan Populer di Hawaii yang Patut Dicoba Wisatawan