Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Makanan beku olahan menjadi pilihan masyarakat urban untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di tengah pandemi virus corona. Bukan pemandangan yang aneh melihat lemari pendingin milik keluarga urban dipenuhi oleh berbagai macam makanan beku olahan, mulai dari kentang beku, naget ayam, sosis, dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain alasan kepraktisan, makanan olahan dipilih lantaran harganya yang ekonomis dibandingkan dengan membeli makanan siap saji dari rumah makan atau katering. Alasan lain yang banyak diutarakan adalah kebersihan lebih terjamin lantaran diproses di pabrik dengan standar yang ketat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Betulkah makanan beku olahan pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di tengah pandemi Covid-19? Head of Medical Management Good Doctor, dr. Adhiatma Gunawan, mengatakan mengonsumsi makanan beku olahan tidak ada salahnya.
Namun, alangkah lebih baik jika konsumsinya tidak berlebihan atau terus menerus setiap hari. Pasalnya, proses pengolahan yang sedemikian panjang membuat makanan beku olahan kurang baik bagi kesehatan tubuh apabila terus dikonsumsi.
"Makin banyak proses tentu tingkatan kesehatannya makin menurun karena saat pemrosesan ditambahkan bahan-bahan kimia dan juga pengawet," katanya.
Menurut Adhiatma, alih-alih menyimpan makanan olahan beku atau membeli makanan siap saji, masyarakat disarankan untuk memasak sendiri di rumah. Terlebih, saat ini mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Bagi mereka yang sebelumnya tak pernah memasak, saat ini dapat dimanfaatkan untuk mempelajari berbagai menu masakan yang mudah dibuat dan tentunya lebih menyehatkan.
"Sekarang saatnya belajar hal-hal yang sebelumnya tidak bisa atau sulit dilakukan. Salah satunya memasak. Ingat, ayam goreng dan naget ayam yang digoreng bagaimana pun juga walau sama-sama digoreng masih lebih baik ayam goreng," tutur Adhiatma.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan sejak pandemi Covid-19 merebak lebih banyak mempelajari menu masakan baru dari berbagai platform daring. Selain lebih sehat dan ekonomis, menurutnya hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai penghilang stres.
"Agar tidak stres fokus ke hal-hal positif, salah satunya dengan belajar memasak. Jangan fokus ke permasalahan bagaimana ke depannya Covid-19 ini. Salurkan ke hal positif dan bermanfaat," ungkapnya.
Adapun, untuk kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi, menurut Adhiatma cukup penuhi seluruh makronutrien, seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan lemak. Tentunya semua harus seimbang.
"Sederhananya, seperti dulu saja ada empat sehat lima sempurna. Lemak itu contohnya, harus dipenuhi juga secara seimbang karena dibutuhkan untuk keberlangsungan hormon," tuturnya.