Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Merasa Rendah Diri dan Selalu Payah, Apa Itu Inferiority Complex?

Orang dengan inferiority complex menganggap dirinya payah segalanya atau rendah diri berlebihan, nyata atau imajiner.

10 Juli 2023 | 07.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Inferiority complex kondisi perasaan tidak mampu atau rendah diri, nyata atau imajiner. Mengutip Verywell Mind, kondisi itu akibat situasi ketika seseorang merasa kurang unggul daripada kawan-kawan sekitarnya. Orang dengan inferiority complex menganggap dirinya payah segalanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Orang dengan inferiority complex rentan memencilkan diri dari pergaulan. Jika gejala ini dibiarkan bisa mempengaruhi interaksi atau hubungan sosial.

Hal yang mempengaruhi inferiority complex

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

1. Pengalaman masa kecil

Anak-anak rentan tumbuh dalam perasaan lemah dan tidak mampu. Hal itu diperburuk jika orang tua tidak bisa membantu kepribadian anaknya tumbuh sebagai orang yang mampu berdaya. Pemicu lainnya ketika  anak-anak tumbuh di lingkungan yang berulang kali membuat nilai dirinya mengembangkan sikap malu-malu dan khawatir berlebihan terhadap kemampuan diri.

2. Perisakan fisik

Terkadang berat badan, bentuk wajah, atau ciri-ciri tubuh lainnya menjadi faktor yang membuat orang minder di lingkungan pergaulan. Tapi, kondisi itu dipengaruhi dari orang-orang di sekitarnya yang membicarakan tentang tubuh. Kondisi itu bisa mempengaruhi secara ekstrem menilai diri seperti merasa banyak kekurangan. Perisakan fisik salah satu kondisi yang rentan berakibat inferiority complex.

3. Tantangan ekonomi dan sosial

Kesulitan finansial seperti mengorbankan kebutuhan penting untuk membayar masalah yang mendesak, salah satu contohnya. Jika terus-menerus seperti itu rentan berakibat inferiority complex.

Misalnya, finansial yang terlalu sulit menyebabkan harus selalu menghubungi orang lain untuk meminta bantuan. Kondisi itu bisa berdampak negatif mempengaruhi harga diri.

Mengutip WebMD, pria tergolong rentan inferiority complex. Itu akibat dari tekanan budaya maskulin kaum pria atau toxic masculinity. Fenomena sosial itu membuat pria merasa harus terus menekan respons emosional normal dan menjadi lebih unggul secara fisik, mental, dan finansial. Pria cenderung merasa rendah diri dan payah dalam menjalin hubungan, khususnya ketika dibandingkan dengan pasangan masa lalu kekasihnya.

Orang dengan inferiority complex berisiko mengalami masalah kesehatan mental lainnya seperti depresi dan kecemasan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus