Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mitos tentang Asma yang Sering Merugikan Pasien, Apa Saja?

Mitos dan kesalahpahaman tentang asma di masyarakat yang masih kuat berakibat tidak optimalnya manfaat dari kemajuan tatalaksana asma.

8 Mei 2021 | 11.26 WIB

Gejala sesak napas pada anak.
Perbesar
Gejala sesak napas pada anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Asma termasuk salah satu penyakit tidak menular (PTM). PTM menjadi masalah kesehatan yang berdampak sosial maupun ekonomi dengan jumlah kasus yang cenderung naik dari waktu ke waktu. Pengurus Besar Perhimpunan Respirologi Indonesia (PB Perpari) menilai mitos dan kesalahpahaman tentang asma di masyarakat yang masih kuat berakibat tidak optimalnya manfaat dari kemajuan tatalaksana asma.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Tatalaksana asma sekarang sudah sangat maju dibandingkan dua dekade lalu. Namun karena adanya mitos, manfaat tatalaksana yang sudah modern menjadi tidak optimal oleh penyandang asma," ujar Ketua PB Perpari, Arto Yuwono Soeroto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurutnya ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat, di antaranya asma merupakan penyakit anak-anak dan akan hilang saat usia bertambah. Padahal, asma bisa timbul di usia anak, dewasa, hingga lansia.

"Asma itu tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dikelola dengan baik. Artinya bisa ditatalaksana dengan baik sehingga gejalanya tidak timbul," katanya.

Mitos lain, penderita asma tidak boleh dan tidak mampu berolahraga. Faktanya, kalau pasien dapat mengendalikan penyakit asma, ia tetap dapat melakukan latihan fisik, bahkan berat.

"Contohnya, David Beckham, dia asma, tahun 2009 tertangkap foto menggunakan alat inhaler. Dia asma sejak muda tapi mampu menjadi atlet top, bahkan kaki kanan-kiri saja diasuransikan saking hebatnya," ujarnya.

Karena mitosnya orang dengan penyakit asma tidak mampu dan tidak boleh berolahraga, Arto mengatakan penyandang menjadi benar-benar tidak bisa berolahraga. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengingatkan asma tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikendalikan.

"Perilaku pencegahan terhadap paparan faktor risiko asma lebih diutamakan ketimbang pengobatan," ujar Dante.

Ia mengatakan intervensi awal dalam mengurangi paparan risiko asma sangat dibutuhkan bagi penderita. Menurutnya, pencegahan terhadap faktor risiko asma di antaranya menghindari paparan alergen dari tungau, bulu binatang, debu, asap rokok, udara dingin, dan lainnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus