Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Singapura - Penyakit kanker menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat dunia. Hasil penelitian The Economist Intelligence Unit Healthcare mengungkapkan kanker menjadi penyakit pembunuh nomor dua di kawasan Asia Pasifik setelah penyakit kardiovaskular.
Senior Principal The Economist Intelligence Unit Healthcare Chee Hew mengatakan prevalensi penyakit kanker terus menunjukkan peningkatan. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menyebutkan ada 3 juta penderita kanker di Asia Pasifik. "2 juta di antaranya meninggal dunia," kata dia di Singapura pada Selasa, 28 November 2017.
Peningkatan ini, menurut Hew, disebabkan karena cepatnya penuaan penduduk yang berkombinasi dengan peningkatan kemakmuran. "Ditambah dengan lambatnya kesadaran dalam diagnosis kanker sehingga baru diketahui pada tahap lanjut," kata dia. Baca: 6 Jurus Sukses Memotret Momentum Olahraga
Fakta menunjukkan masyarakat yang lebih berumur dan kaya memiliki prevalensi lebih tinggi terserang kanker. Alasannya, kata Hew, mereka merasa aman karena memiliki uang meski nanti mereka menderita penyakit. Namun yang paling utama, kesadaran untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker juga masih rendah.
Dari sekian banyak jenis kanker, data menunjukkan bahwa kanker paru-paru memiliki incidence rate (IR) paling besar di Asia Pasifik. Angkanya mencapai 29 dari 100.000 penduduk. Disusul kanker lambung dengan IR 22, kanker hati dengan IR 21, kanker usus besar dengan IR 21 dan kanker payudara dengan IR 17. Baca: Penyakit Difteri Pernah Hilang di Indonesia, Mengapa Muncul lagi?
Indonesia sendiri menjadi negara dengan penderita kanker cukup banyak. Kementerian Kesehatan mencatat secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Sedangkan kanker yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah kanker payudara. Baca: Jadi Anggota Kerajaan, Ini yang Harus Dipelajari Meghan Markle
Berkaitan dengan tingginya prevalensi kanker itu, Hew mengatakan dibutuhkan upaya integrasi dan penciptaan ekosistem kesehatan yang baik dalam penanganan kanker. Upaya tersebut tentu tak lepas dari peran pemerintah di masing-masing negara.
Yang perlu dicatat, kata Hew, jika masalah kanker tak diatasi serius, hal tersebut bisa menjadi beban bagi negara. "Karena penyakit kanker bisa memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini