Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pasien Sakit Ginjal Pantang Makan Tempe, Mitos atau Fakta?

Pasien penyakit ginjal tak perlu takut makan tempe. Berikut saran ahli gizi.

18 Maret 2022 | 10.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi tempe. (doctortempeh.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ada pendapat pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tak boleh makan tempe karena bisa memperburuk kondisi. Spesialis gizi klinik di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Anna Maurina Singal, M.Gizi, Sp.GK(K) membantahnya. Menurutnya, kedelai sebagai bahan baku tempe mengandung isoflavon yang dapat membantu memperlambat perburukan derajat gagal ginjal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kedelai sering dianggap salah satu bahan makanan yang tidak baik untuk ginjal. Padahal, kedelai mengandung isoflavon yang justru dapat membantu memperlambat progresivitas perburukan derajat gagal ginjal kronik," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Anna, kedelai juga dapat membantu menjaga status nutrisi pada pasien dengan dialisis. Dia tak melarang konsumsi kedelai namun sebaiknya pasien perlu memperhatikan jumlah asupan. Selain tempe, sayuran hijau yang sebagian mengandung kalium juga kerap diangggap dapat memburuk kondisi masalah ginjal.

Anna memberikan tips mengolah sayur yang aman, antara lain mengupas dan memasukkannya ke dalam air dingin agar tidak menggelap, mengirisnya setebal kurang lebih 3 mm. Setelah itu, bilas sayur dengan air hangat selama beberapa detik, rendam selama minimal dua jam dalam air hangat.

"Gunakan sepuluh kali jumlah air untuk jumlah sayuran. Jika perendaman lebih lama, ganti air setiap empat jam," tuturnya.

Selanjutnya, bilas sayuran dengan air hangat lagi selama beberapa detik dan masak sayuran dengan jumlah air lima kali lipat dari jumlah sayuran.

“Batasan asupan buah dan sayur sifatnya sangat individual pada setiap pasien sehingga penting untuk disesuaikan dengan kadar kalium darah," kata Anna.

Anna mengingatkan ginjal berfungsi mengeluarkan zat sisa dalam tubuh seperti urea dan amonia. Jika ginjal bermasalah, zat sisa ini akan tertahan dan mengakibatkan terjadinya gangguan metabolik. Pada yang sudah terkena gagal ginjal maka berisiko tinggi mengalami malnutrisi protein energy wasting (PEW). Malnutrisi ini dapat mengakibatkan meningkatnya perkembangan derajat gagal ginjal kronik.

Oleh karena itu, pengaturan diet bagi pasien gagal ginjal kronik sangatlah penting. Anna lalu menyebutkan beberapa hal yang penting diperhatikan bagi pasien gagal ginjal kronik, yakni memantau dan mengetahui kondisi terkini fungsi ginjal dan metabolik terkait, memenuhi kebutuhan kalori sesuai kondisi terkini, memenuhi kebutuhan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral sesuai dengan kondisi terkini dan aktif dalam melakukan aktivitas fisik.

"Setiap pasien memiliki kondisi fungsi ginjal masing-masing sehingga penting untuk melakukan cek lab secara rutin. Selain itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter gizi atau diet terkait pengaturan makanan yang tepat untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik," saranya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus