Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Perlunya Dukungan Lingkungan yang Mendorong Pergerakan demi Mencegah Diabetes

Endokrinolog mengatakan untuk menciptakan pola pikir sehat demi mencegah diabetes perlu rekayasa sosial. Berikut contohnya.

19 November 2024 | 22.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dr. Tri Juli Edi Tarigan mengatakan untuk menciptakan pola pikir sehat demi mencegah diabetes perlu rekayasa sosial. Contohnya lingkungan yang mendorong orang untuk banyak bergerak tanpa disadari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ruang-ruang diperbanyak, jarak-jarak, tempat-tempat aktivitas dibuat sedemikian jauh, cukup jauh sehingga orang terpaksa untuk berjalan, terpaksa untuk bergerak, dan sebagainya," kata Tri dalam siaran Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari Diabetes Sedunia, Selasa, 19 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, hal ini dilakukan di negara-negara maju sehingga penduduknya tidak sadar mereka juga tengah melakukan pencegahan obesitas, diabetes, karena rekayasa sosial yang diciptakan regulator. Karena itu, perlu ada upaya pemerintah, investor, serta pengembang properti dalam hal ini.

Dia juga menyebutkan kecintaan terhadap olahraga perlu dibangun sejak kecil, seperti melalui senam satu hari ketika di TK dan SD. Apabila sejak kecil dibuat senang olahraga dan didorong melalui banyaknya fasilitas olahraga di sekitar rumah maka otot-otot akan lebih sensitif terhadap insulin.

Ilustrasi diabetes. Freepik.com

Tak harus makan nasi
Tri mengatakan rekayasa sosial selanjutnya adalah mengkampanyekan naik kendaraan umum. Dia mengungkapkan jika kendaraan umum dibuat lebih nyaman, lebih banyak orang senang naik kendaraan umum dan lebih banyak orang yang melangkah.

"Yang berikutnya, pemerintah juga harusnya mewajibkan makanan-makanan kemasan dari industri-industri resmi, itu semuanya ada fakta kalorinya sehingga orang bisa memilih, 'Ini kalorinya kebanyakan untuk saya, ini kalorinya enggak cukup untuk saya, ini enggak cocok untuk saya'," jelasnya.

Dia menjelaskan perlunya mengkampanyekan soal makanan, seperti makan tak harus dengan nasi. Menurut data, negara-negara Asia Selatan yang bahan makanan pokoknya nasi, risiko diabetes pun lebih tinggi. Karena itu, sumber karbohidrat tak perlu nasi, bisa seperti jagung, kentang, dan labu, yang bisa divariasikan.

Tri juga mengatakan membiasakan minum kopi tanpa gula atau kental manis. Dia juga menyebut pentingnya seleksi iklan produk makanan yang ditampilkan di ruang publik karena beberapa menyesatkan. 

Selain itu, media sosial perlu dikontrol agar tidak ada hoaks yang beredar sebagai upaya melindungi masyarakat. Tri juga menyebut perlunya upaya meningkatkan jumlah penduduk dengan pendidikan tinggi karena semakin tinggi pendidikan akan lebih mudah diedukasi untuk hidup lebih sehat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus