Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan intervensi gizi spesifik dan sensitif termasuk salah satu kunci utama untuk cegah stunting.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Intervensi gizi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran dapat mendukung percepatan penurunan prevalensi stunting," kata Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kemenko PMK, Agus Suprapto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mantan pejabat Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK itu menambahkan intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya tengkes atau stunting. Intervensi gizi spesifik meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan, suplementasi vitamin A, suplementasi mikronutrien, suplementasi zinc, serta zat besi. Sementara intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak langsung terjadinya stunting.
"Intervensi gizi sensitif meliputi pencegahan dan pengobatan balita yang sakit, tata kelola kasus malnutrisi akut sedang dan berat, penyediaan air dan sanitasi, hingga pemberian obat cacing," jelasnya.
Program pembangunan berkelanjutan
Ia menambahkan selain memperkuat intervensi gizi spesifik dan sensitif, penanganan stunting juga memerlukan penguatan kapasitas dan perilaku masyarakat.
"Penguatan perilaku untuk penanganan stunting menyasar pada kelompok remaja putri, remaja pria, calon pengantin, ibu hamil, dan ibu melahirkan. Kelompok sasaran ini perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta pola makan bergizi seimbang," tegasnya.
Menurutnya, pada 2024 target penurunan stunting diharapkan dapat berada di angka 14 persen. Salah satu upaya mewujudkan adalah mendorong masyarakat untuk menerapkan pola makan bergizi seimbang dan banyak mengonsumsi protein hewani. Sementara itu, program percepatan penurunan prevalensi stunting sangat diperlukan guna mendukung pembangunan SDM berkualitas.
"Ini merupakan bagian dari program pembangunan berkelanjutan, salah satunya menciptakan generasi yang unggul dan berdaya saing," tandasnya.