Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Rasa Eropa di Kampung Prawirotaman Yogyakarta

Selayaknya Ubud di Pulau Dewata, Kampung Prawirotaman bak rumah bagi para turis asal Eropa yang sedang melancong di Yogyakarta.

7 Januari 2018 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Beef burger on bun served with salad and French fries di ViaVia Resto Yogyakarta. Tempo/Hindrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Selayaknya Ubud di Pulau Dewata, Kampung Prawirotaman adalah “rumah” bagi para turis asal Eropa yang sedang melancong di Yogyakarta. Musababnya, gang kecil yang terpaut jarak 2,8 kilometer dari Titik Nol Kota Gudeg itu punya alias, yakni Kampung Bule. Memang banyak turis Eropa yang menginap di kawasan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca juga:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sini, pendatang akan menjumpai potret Yogyakarta dalam perwajahan yang lain. Yang paling mencolok adalah urusan kuliner, bahkan sarapan. Banyak ditemui restoran bergaya Eropa yang menjajakan menu ala western—bukan gudeg, seperti yang umum dijual di bibir-bibir jalanan kota tersebut.

Restoran umumnya buka mulai pagi hingga tengah malam. Namun, khusus untuk sarapan, selayaknya tempat-tempat makan di Eropa, tiap-tiap resto pasti punya menu andalan, seperti yang disajikan di dua restoran ini.

ViaVia Resto, Rumahnya Para PelancongMie Cornoedus pendiri Via-Via Cafe Yogyakarta, di daerah Prawirotaman, Yogyakarta, (28/8/2012). Via-via cafe merupakan cabang pertama di luar Belgia dari jaringan Via-via Cafe yang menjadi salah satu titik temu utama wisatawan asing dengan wisata kultur alternatif di Yogyakarta. TEMPO/Suryo Wibowo

Beef burger on bun served with salad and French fries adalah menu sarapan yang direkomendasikan pramusaji ketika Tempo saat bertandang ke ViaVia Resto, Desember lalu. Menu ini kabarnya menjadi favorit para pelancong lantaran merupakan menu artisan.

Burger tersebut punya patty premium beraroma daging yang sangat kuat. Rotinya tidak terlalu keras, juga tak terlampau bertekstur. Yang paling membikin nikmat adalah sambal yang mereka olah sendiri. Penampakannya seperti sambal tomat kampung. Namun saat mendarat di lidah, rasanya menyerupai saus sambal berkelas.

Untuk standar sarapan orang Indonesia, beef burger ini memiliki ukuran yang cukup besar. Praktis akan sangat mengenyangkan. Karena itu, lebih pas disantap di jam-jam nanggung sebagai brunch.

Selain burger, tersedia menu-menu pasta yang dimasak dengan gaya khas Italia, semisal pasta aglio olio. Aglio olio dimasak dengan bumbu sederhana, meliputi bawang putih dan minyak.

ViaVia memang restoran bergaya Eropa. Namun, spirit yang dimunculkan, khususnya dari segi bangunan, kental dengan budaya lokal. Pemilik menyepakati mengangkat unsur alami. Olh karena itu tak ada penyejuk ruangan di semua sisi restoran. Untuk menghindari hawa panas dan pengap, bangunan didesain terbuka di banyak sisi, seperti rumah joglo—yang punya banyak jendela.

ViaVia Jogja

Jalan Prawirotaman Nomor 30, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta

Buka pukul 07.30-23.00

Harga mulai Rp 9 ribu hingga Rp 55 ribu

 

Aglioo Pizza & Pasta, Menyantap yang Klasik dari Italia Pasta Aglio Olio di Aglioo Pizza & Pasta Yogyakarta. Tempo/Hindrawan

Salam sapa “buongiorno” dari para pramusaji menyambut satu per satu tamu yang melangkah masuk ke Restoran Aglioo Pasta dan Pizza pagi-pagi benar. Sementara, dua-tiga pelayan lain masih sibuk mengelap meja dan kursi kayu bercat hijau-putih-merah, khas Negeri Colosseum.

Ada juga yang masih repot membersihkan debu-debu di jendela lengkung. Jendela ini mengingatkan pengunjung  pada bangunan-bangunan kuno di Trento, sebuah kota kecil di Lembah Adige.

Tak lama kemudian, aroma masakan Eropa mengepul memenuhi ruangan lantai satu yang berkapasitas sekitar 80 orang. Bau wangi bawang putih, garam, dan cabai kering bercampur minyak zaitun mengudara disapu kipas-kipas yang menggantung di langit-langit restoran. Harumnya memantik diri buat mencari tahu makanan apa yang tengah dimasak si koki.

“Namanya Aglio Olio, spaghetti yang dimasak sederhana hanya dengan tambahan bawang putih dan minyak zaitun. Harus dicoba karena menu ini merupakan menu tradisional Italia yang berasal dari daerah Naples,” tutur Hakim, pramusaji yang sudah bekerja 2 tahun di restoran ala Eropa itu.

Setelah mendarat di meja, ucapan si pramusaji terbukti. Menu yang menjadi andalan restoran tersebut memang tampak sangat klasik, merepresentasikan penganan wajib masyarakat Eropa zaman dulu.

Bila umumnya pasta dihidangkan bersama saus bolognaise atau carbonara dengan warna yang cukup menggoda pandangan, kali ini tak demikian. Di atas pasta, hanya ada tomato, black olive, dan keju parmesan. Juga sepotong garlic bread yang memang nikmat disantap bersama fettuccini.

Di mulut piring, tergores sayur basil yang telah dicincang tipis membentuk garis panjang.

Bukan cuma “tampang”, rasanya pun begitu sederhana. “Istilahnya plain,” ujar Hakim. Namun justru beginilah citra masakan Eropa sesungguhnya. Tak banyak menggunakan remah, juga bumbu yang berlebihan.

Kalau mau memperkaya rasa, cukup memasukkan komplemen tambahan, seperti lada hitam, garam, atau saus sebagai pemantik pedas. Sepiring Aglio Olio seharga Rp 39 ribu cocok disantap untuk sarapan, bersanding dengan Strawberry Mojito Mocktail seharga Rp 30 ribu.

Aglioo Pasta dan Pizza

Jalan Prawirotaman Nomor 43, 5515, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta

Buka pukul 08.00-00.00

Harga mulai Rp 25 ribu hingga Rp 135 ribu

 

FRANCISCA CHRISTY ROSANA (Yogyakarta)

Berita lain:

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus