Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Susah Punya Anak? Ini Jenis Pemeriksaan untuk Gangguan Kesuburan

Pakar mengingatkan pemeriksaan kesuburan tidak hanya dilakukan istri tetapi juga suami untuk mengevaluasi ada atau tidaknya gangguan kesuburan.

9 Juni 2023 | 13.20 WIB

Ilustrasi sperma. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi sperma. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis kandungan dan kebidanan subspesialis fertilitas endokrinologi reproduksi Shanty Olivia Jasirwan mengingatkan pemeriksaan kesuburan tidak hanya dilakukan istri tetapi juga suami untuk mengevaluasi ada atau tidaknya gangguan kesuburan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Dari hasil pemeriksaan inilah dokter dapat menentukan terapi dan penanganan kesuburan yang sesuai dengan kondisi masing-masing pasangan," ujar dokter di RS Pondok Indah – IVF Centre, RS Pondok Indah – Puri Indah itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Adapun, pemeriksaan fertilitas pada wanita terdiri dari pemeriksaan darah, ultrasonografi (USG), histerosalpingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi. Shanty menguraikan pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui adanya ovulasi pada wanita, selain dari riwayat siklus menstruasi. Tes ini berupa tes hormon progesteron dapat dilakukan pada hari tertentu dalam siklus menstruasi pasien.

Tes hormon lain juga dapat dilakukan untuk melihat beberapa kandungan dalam darah, seperti hormon Lutenizing (LH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), prolaktin, dan estradiol, yang juga berperan dalam proses reproduksi. Selanjutnya pemeriksaan USG untuk dapat menentukan ada atau tidaknya kelainan uterus (rahim), saluran telur, serta ovarium (indung telur). Salah satu hal yang sering ditemukan pada pemeriksaan USG adalah kista ovarium.

Berikutnya, HSG yang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rongga rahim dan saluran telur. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan sejumlah kondisi, seperti penyumbatan atau pembengkakan saluran telur, atau kelainan bentuk rahim. Selain itu, ada juga proses histeroskopi yakni menggunakan tabung fleksibel panjang (histeroskop), yang melewati leher rahim untuk mencapai ke dalam rongga rahim. Metode ini digunakan apabila didapatkan kecurigaan abnormalitas dalam rongga rahim dari hasil HSG ataupun USG, seperti mioma, polip, atau jaringan parut dalam rahim.

Terakhir, laparoskopi yang hanya dilakukan apabila pemeriksaan sebelumnya menunjukkan kecurigaan kelainan pada organ tertentu atau jika penyebab gangguan kesuburan tidak dapat ditemukan. Masalah yang paling umum yang dapat diidentifikasi dengan laparoskopi adalah endometriosis serta penyumbatan atau penyimpangan pada saluran tuba dan rahim.

Di sisi lain, pemeriksaan fertilitas pada pria umumnya meliputi pemeriksaan fisik, analisis sperma, pemeriksaan darah, pencitraan, dan genetik. Menurut Shanty, pemeriksaan fisik lengkap diperlukan jika memang tidak ada kondisi medis yang muncul. Struktur yang dievaluasi meliputi penis, skrotum, testis, epididimis, spermatic cord, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar Cowper’s.

Selanjutnya, analisis sperma yang merupakan pemeriksaan utama fertilitas pria untuk mengukur keberadaan gangguan produksi sperma atau kualitas sperma yang menyebabkan gangguan kesuburan.

"Parameter utama yang dilihat adalah konsentrasi, pergerakan (motilitas) sperma, dan morfologi sperma, selain dari parameter lainnya," paparnya.

Pengukuran kadar testosteron
Pemeriksaan lanjutnya yakni mengukur kadar FSH dan testosteron dalam darah. Pada pria, FSH berperan dalam spermatogenesis (pembentukan sperma). Testosteron berperan dalam spermatogenesis dan stimulasi libido Berikutnya, ada pencitraan USG yang dapat digunakan untuk menemukan gejala gangguan kesuburan secara lebih mendalam. Bagi pria, USG testis atau buah zakar dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan kongenital dan kelainan obstruktif yang menghambat transportasi sperma.

USG testis merupakan pemeriksaan non-invasif awal. Pemeriksaan ini kerap dilakukan bersamaan dengan analisis sperma dan digunakan untuk mengetahui kelainan sistem reproduksi pria termasuk testis dan struktur ekstratestikuler seperti epididimis. Terakhir, pemeriksaan genetik pada pria yang spermanya kurang serta tidak menunjukkan bukti adanya penyumbatan. Pengujian genetik dapat membantu mengidentifikasi fragmentasi DNA, kerusakan kromosom, atau kemungkinan penyakit genetik yang dapat diwariskan kepada keturunan nantinya.

Shanty menambahkan pasangan yang telah menikah satu tahun dan berhubungan teratur tanpa alat kontrasepsi tetapi belum juga dikaruniai keturunan dapat diindikasikan mengalami masalah kesuburan atau infertilitas. Oleh karena itu, ketika persoalan ini mulai menghantui pasutri, tidak ada salahnya untuk segera melakukan pemeriksaan kesuburan.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus