Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Wawancara H. Apud, Pelopor Restoran Empal Gentong di Cirebon, Begini Jurus-jurusnya

Sejarah restoran Empal Gentong H. Apud, pencetus restoran empal di Cirebon. Ini Wawancara Tempo.co dengan lelaki bernama Machfud ini.

8 Februari 2023 | 09.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Empal Gentong Haji Apud. Dok.Empal Gentong Haji Apud Cirebon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Empal gentong merupakan salah satu makanan khas dari kota di ujung Jawa Barat, yakni Cirebon. Berbahan dasar daging sapi dengan kuah kuning santan dan taburan kucai serta bawang goreng, empal memang paling nikmat disantap bersama lontong atau nasi panas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika kurang suka dengan kuning yang gurih, ada satu lagi jenis empal yang karakternya sangat berbeda dengan empal gentong, yakni empal asem.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekilas empal asem mirip dengan sop sapi biasa, tapi bumbu-bumbu yang digunakan jelas berbeda. Yang paling utama dan tak boleh terlewatkan adalah asam jawa atau beliming wuluh, yang tentunya membuat empal asem terasa segar dan menggugah selera.

Di kota asalnya, Cirebon, Jawa Barat, dahulu pedagang empal menjajakan makanan ini secara berkeliling ke lingkungan rumah penduduk. Ada penjual yang membawanya dengan dipikul, ada pula yang memakai gerobak.

Selain itu, nama “gentong” memang berasal dari alat atau wadah yang digunakan pada proses memasaknya. Konon menggunakan gentong dan kayu bakar dapat membuat cita rasa empal menjadi lebih otentik.

Alat dan bahan yang sama masih terus dipakai dalam proses memasak empal di restoran H. Apud. Sekilas saja melewati kedai empal sudah tercium aroma daging yang gurih dengan kayu bakar yang khas, ditambah harum bakaran sate kambing yang tentu tak kalah menggelitik perut.

Kenapa Restoran Empal Gentong H. Apud Disebut Pelopor?

Dahulu, biasanya empal gentong dijual secara berkeliling, namun pria yang bernama asli Machfud ini berani mengusung konsep yang berbeda. Pada 1995, ia mendirikan tempat di pinggir jalan yang kemudian dijadikannya sebagai kedai yang dilabeli “Empal Gentong Pak Kumis”.

Nama ini mengadaptasi penampilan sang empunya kedai. Dahulu, Apud bercerita, ia memiliki kumis yang lebat dan berbadan tegap nan gagah. Pun hingga hampir menginjak usia 70 tahun kini, H. Apud masih terlihat bugar dan sehat.

Pada tahun 2009, ketika Apud memutuskan untuk berangkat haji, seketika tercetus dalam benaknya untuk mengganti nama restoran Pak Kumis menjadi H. Apud. Nama inilah yang kemudian dikenal khalayak.

Tak luput dari pasang dan surut berbisnis, lebih dari 12 tahun lamanya, Apud merasa restoran empal ini tidak mengalami perkembangan. Dalam satu minggu, ia mengaku, biasanya mendapat untung sebanyak 3 hari, dan rugi 4 hari, atau sebaliknya terus menerus selama dua belas tahun.

“Dua belas tahun itu luar biasa, itu bertahan, belum ada perkembangan, belum kelihatan lah istilahnya. Tapi ya gimana lagi? Kan memang kalau kita usaha itu harus ulet, harus sabar, enggak ketinggalan doa sama Allah swt,” katanya kepada Tempo.co, Ahad, 29 Januari 2023 lalu di kediamannya.

Apud sampai meminta bantuan sang istri untuk menambahkan modal kalau-kalau dagangannya terus merugi. Untunglah pada tahun 2003-2005 hasil dari kerja kerasnya kian terlihat.

Kedai yang dahulu berbentuk menyerupai Warung Tegal (Warteg), lambat laun diperbaharui agar pelanggan merasa nyaman untuk makan di tempat.

Hingga kini, telah memiliki tiga cabang, restoran empal ini masih tetap ramai diburu para pelanggan kelaparan yang ingin merasakan nikmatnya empal gentong.

Menu di restoran Empal Gentong H. Apud

Selain empal gentong dan empal asem, banyak makanan khas Cirebon lainnya yang tersedia di kedai ini. Sate kambing, nasi lengko, sop kambing, bahkan ada ayam goreng, tahu gejrot, es durian, dan berbagai hidangan lainnya.

Menurut Apud, menu-menu ini berasal dari pendapat dan saran konsumen. Ketika banyak yang menanyakan “Kok+ enggak ada nasi lengko?”, maka di situlah peluang melebarkan sayap datang.

“Tapi ya kita usahakan juga enggak asal-asalan. Kita cari orang yang ahli di bidang nasi lengko, karena dia pasti tahu bahan-bahan yang bagus belinya di mana, resepnya seperti apa. Jadi enggak asal-asalan,” kata Apud.

PUTRI SAFIRA PITALOKA 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus