Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 11 April merupakan hari ulang tahun sastrawan Putu Wijaya. Ia adalah seorang penulis Indonesia, yang dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu tokoh sastra paling terkemuka di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya ini lahir pada 11 April 1944 di Tabanan, Putu Wijaya ini berasal dari keturunan bangsawan. Ayahnya bernama I Gusti Ngurah Raka dan ibunya bernama Mekel Ermawati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sewaktu muda, Putu Wijaya mengenyam pendidikan dari sekolah rakyat hingga sekolah menengah atas di Bali. Sejak muda, ia gemar membaca buku-buku klasik karya Anton Chekhov dan William Shakespeare.
Setelah lulus SMA, Putu Wijaya melanjutkan pendidikan tinggi di Yogyakarta. Dilansir dari Ensiklopedia Sastra Indonesia, ia melanjutkan studi di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada dan mendapat gelar sarjana hukum pada 28 Juni 1969. Selain itu, Putu Wijaya juga belajar di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) selama setahun pada 1964.
Dari jurnalis ke dunia teater
Saat berada di Yogyakarta, Putu Wijaya terlibat dalam teater dan tampil di beberapa grup teater termasuk Bengkel Teater dan Sanggar Bambu. Dari Yogyakarta, ia berkarier di majalah Express. Vakumnya majalah Express kemudian menyebabkan Putu Wijaya pindah ke Jakarta.
Mengutip buku Telegram (2011) karya Putu Wijaya, di Jakarta ia memulai karier sastranya saat menjadi jurnalis untuk Tempo dan Zaman. Putu Wijaya dan rekan-rekannya di majalah Tempo pun mendirikan Teater Mandiri pada 1974, yang telah dibawanya berkeliling Amerika Serikat dalam pementasan drama Yel dan tampil di Jepang pada 2001. Putu Wijaya juga tampil dengan Literature Workshop yang dipimpin oleh W.S. Rendra dalam beberapa pertunjukan.
Belajar drama ke luar negeri
Pada 1973, Putu Wijaya mendapat beasiswa untuk belajar drama di Jepang selama satu tahun. Namun, ia hanya sanggup memanfaatkan beasiswa itu selama tujuh bulan dan kembali ke Indonesia.
Selama di Jepang, Putu Wijaya ikut hidup bersama kelompok masyarakat komunal di Jepang. Ia juga turut memberikan pertunjukan sandiwara rakyat keliling yang bernama Swaraji.
Pada 1985, Putu Wijaya berkesempatan bermain dalam Festival Teater Sedunia di Nancy, ia kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan Festival Horizonte III di Berlin. Semenjak itu, karier Putu Wijaya dalam bidang drama kian melejit. Ia pun lebih dikenal sebagai penulis naskah drama.
M. RIZQI AKBAR
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.