Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar pameran Gebyar Karya Jogja atau Gaya Jogja yang dipusatkan di area monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret atau kawasan wisata Titik Nol Kilometer. Pameran Gebyar Karya Jogja berlangsung Kamis sampai Minggu, 11 - 14 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam acara tersebut terdapat 70 stan yang terdiri dari 25 stand binaan Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, 20 stan binaan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, dan 25 stan binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta. Busana kreasi perajin yang ditampilkan pun cukup beragam, mulai dari batik dan lurik atau kombinasi keduanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain batik tradisional khas Yogyakarta, juga ditampilkan batik yang dibuat dengan teknik shibori, jumputan, hingga ecoprint yang menampilkan warna-warna alam. Harganya berkisar mulai Rp 100 ribu hingga Rp 600 ribu.
Uniknya, saat pembukaan pameran itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi serta seluruh kepala dinas Pemerintah Kota Yogyakarta turun langsung mempromosikan ragam batik para perajin tadi. Caranya, wakil wali kota dan para kepala dinas itu menjadi model yang mengenakan produk para perajin lalu mengikuti fashion show di panggung Monumen SO 1 Maret.
Sejumlah pejabat dinas Kota Yogyakarta menjadi model fashion show dalam pameran Gelar Karya Jogja yang dipusatkan di Monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 11-14 Juli 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan event tersebut menjadi wadah untuk mengenalkan potensi industri kreatif pelaku usaha kecil mikro di Kota Yogyakarta. "Ada banyak potensi yang dimiliki pelaku usaha kecil mikro yang bergerak di industri kreatif, salah satunya di bidang fashion," kata Heroe Jumat, 12 Juli 2019.
Menurut Heroe kualitas batik dan lurik yang dibuat perajin tidak kalah bagus dengan kualitas produk fashion lainnya. Heroe mengatakan Pemerintah Kota Yogyakarta terus berupaya menggeliatkan industri batik dan lurik di sana melalui berbagai cara. "Batik dan lurik akan dikenakan sebagai busana kerja aparatur sipil negara di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta di setiap hari tertentu," katanya.
Pameran Gebyar Karya Jogja tidak mematok omzet. Heroe Poerwadi mengatakan target acara ini adalah terjadi interaksi antara pengunjung dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. "Kami akan memanfaatkan kegiatan ini untuk memetakan kembali potensi industri kreatif secara komprehensif," ucap dia.