Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sepekan terakhir beredar informasi yang menyesatkan tentang Kota Yogyakarta. Kabar yang viral itu mengatasnamakan Satuan Tugas atau Satgas Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Isinya meminta masyarakat menunda perjalanan ke Yogyakarta karena penularan Covid-19 kian memprihatinkan dan kamar isolasi penuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari informasi yang menyebar melalui aplikasi percakapan WhatsApp itu menyatakan Yogyakarta dalam kondisi darurat Covid-19 atau status zona merah merata, kecuali sebagian Kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo. Pihak UGM maupun Pemerintah Kota Yogyakarta membantah informasi yang viral tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Itu jelas informasi yang tidak bertanggung jawab dan tidak berdasarkan kondisi sebenarnya," ujar Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi pada Jumat, 11 Desember 2020. Heroe yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Kota Yogya membantah status zona merah melalui istilah 'Jogja merah merata' yang tercantum dalam kabar tersebut.
Heroe menjelaskan seluruh kecamatan di Kota Yogyakarta berstatus oranye. "Jadi, zona Kota Yogyakarta adalah orange," ujar Heroe Poerwadi. Rinciannya, dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta, sebanyak 40 kelurahan berstatus zona orange Covid-19 dan 5 kelurahan berstatus zona kuning. Tidak satupun kelurahan berstatus zona merah atau kategori tinggi resiko penularannya.
Kawasan Malioboro Yogyakarta mulai padat dengan kendaraan wisatawan berbagai daerah, Sabtu 24 Oktober 2020. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Mengenai soal kamar isolasi, Heroe Poerwadi mengklarifikasi kamar isolasi mauapun ICU (dengan ventilator) saat ini masih tersedia di Kota Yogyakarya. Adapun shelter penampung kasus Covid-19 orang tanpa gejala, yang terpakai sebanyak 20 sampai 25 kamar dari 84 kamar.
Pihak UGM juga menanggapi beredarnya informasi mengatasnamakan Satgas Covid-19 UGM itu, Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM, Iva Ariani mengatakan tidak benar jika asrama UGM di Baciro yang digunakan untuk shelter karantina pasien Covid-19 telah penuh. "Asrama UGM Baciro masih menampung pasien Covid-19 orang tanpa gejala sekitar 25 sampai 30 persen dari total daya tampung," ucapnya.
Ketua Satgas Covid-19 UGM, Rustamadji menyatakan sarana isolasi dan rumah singgah masih cukup menampung kebutuhan isolasi mandiri sivitas. UGM juga masih menerapkan kebijakan membatasi aktivitas di lingkungan kampus, termasuk proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa. Akses masuk dan keluar kampus pun diatur dengan memperhatikan protokol kesehatan dan perkembangan situasi.
"Kami membolehkan beberapa kegiatan luar jaringan, tapi hanya untuk penyelesaian studi dan pencapaian kompetensi pada bidang ilmu tertentu," katanya. Saat ini seluruh pimpinan universitas dalam kondisi sehat. Rustamadji menambahkan, kasus infeksi Covid-19 di UGM masih terkendali karena didukung dengan proses testing, tracing, dan treatment.