Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Bersiap Jadi Cagar Budaya, Bandara Kemayoran Memang Istimewa

Bekas Bandara Internasional Kemayoran memiliki nilai sejarah yang tinggi. Pemerintah hendak menyulapnya sebagai cagar budaya.

18 Juli 2019 | 10.22 WIB

Bangunan Air Traffic Control (ACT) bandara Kemayoran yang tidak terawat, Jakarta, Selasa (26/11). TEMPO/Aditia Noviansyah
Perbesar
Bangunan Air Traffic Control (ACT) bandara Kemayoran yang tidak terawat, Jakarta, Selasa (26/11). TEMPO/Aditia Noviansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Nama Bandara Internasional Kemayoran Jakarta kian mendunia, ketika masuk dalam bagian komik petuangan Tintin. Pemerintah akan mengubahnya menjadi cagar budaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Bandara yang sekarang berubah menjadi distrik bisnis itu, sejak zaman Belanda menjadi pintu utama Jakarta. Kini, kejayaan Bandara Kemayoran hanya menyisakan menara kontrol lalu lintas udara (ATC). Kinibangunan gedung bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran tampak tak terpelihara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Bandara Kemayoran sejatinya memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata sejarah. Sisa kemewahan bandara internasional, dapat dijumpai di bekas ruangan Very Important Person (VIP) terdapat relief karya Sindoedarsono Soedjojono, Harijadi Sumodidjojo, dan RM Soerono Hendronoto, yang dulu tergabung dalam organisasi Seniman Indonesia Muda.

Saat ini ruangan VIP itu tampak paling terurus dibandingkan bangunan lainnya. Adapun tiga relief itu mengusung tema kekayaan Indonesia, berdasarkan gagasan Presiden Soekarno pada 1957.

Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran mengadakan apresiasi untuk konservasi relief tersebut, pada 17 Juli - 21 Juli 2019. Dalam acara tersebut Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Sri Hartini mengatakan, perlu adanya pemanfaatan bekas Bandar Udara Internasional sebagai ruang publik.
Lantai dua ruangan VIP Bandar Udara Internasional Kemayoran dengan latar relief bertema 'Flora dan Fauna' karya Harijadi Sumodidjojo, Rabu, 17 Juli 2019. TEMPO/Bram Setiawan

"Melihat ruang-ruang seperti ini apalagi ada historisnya, maka kalau memang nanti memungkinkan kerja sama, terus dilanjutkan," katanya di eks-Bandar Udara Internasional Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu, (17/7).

Sri mengacu ke Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. "Karena banyak hal yang memang harus diumumkan melalui ruang-ruang sesungguhnya ada sesuatu nilai," tuturnya.

Saat ini, masih banyak yang belum mengetahui bekas ruangan VIP Bandar Udara Internasional Kemayoran menyimpan karya gemilang relief para anggota Seniman Indonesia Muda. Relief karya Sindoedarsono Soedjojono menggambarkan tema 'Manusia Indonesia'.

Kemudian, ada karya Harijadi Sumodidjojo, dengan relief bertema 'Flora dan Fauna'. Sementara relief karya Soedjojono dan Harijadi berada di lantai dua. Adapun relief karya RM Soerono Hendronoto bertema 'Legenda Sangkuriang' berada di lantai dasar.

"Setelah tahu semua (relief) apa yang dilihat, lalu kemudian kelanjutannya setelah ini," ucap Sri. Sri berharap bekas Bandar Udara Internasional Kemayoran bisa menjadi cagar budaya. "Sudah (lebih) 50 tahun bisa dijadikan cagar budaya. Nanti akan segera melakukan kajian, apakah peringkatnya (cagar budaya) nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota," tuturnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus