Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Karanganyar - Gedung De Tjolomadoe Karanganyar, Surakarta, saat ini memiliki venue baru berupa museum yang berisi artefak serta presentasi visual modern. Museum di bangunan bekas pabrik gula itu dibuka untuk umum mulai awal pekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum tersebut ditempatkan di stasiun karbonasi, ruangan yang pada masa lalu difungsikan untuk memurnikan perasan nira tebu. Pengelola menempatkan beberapa konten yang bisa membantu pengunjung untuk bernostalgia dengan kejayaan pabrik gula pada masa lampau itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Museum ini dirancang untuk semua umur dengan konsep presentasi visual modern," kata Marketing Manager De Tjolomadoe, Achmad Ridho, Rabu 12 Desember 2018. Pengelola menyiapkan narasi yang komperehensif mengenai sejarah gula dunia, Pabrik Gula Colomadu serta irisannya dengan sejarah Mangkunegaran.
Pengunjung akan diajak memasuki lorong-lorong yang memajang beragam teks narasi, peta, foto-foto lama serta panel interaktif yang memuat semua informasi mengenai Pabrik Gula Colomadu. Pengelola juga menghadirkan infografis, diorama hingga video animasi proses pembuatan gula.
Beberapa artefak seperti mesin, seragam dan peralatan kerja karyawan pabrik gula juga ikut dipajang. Demikian juga dengan buku kuno berisi catatan penjualan serta cetak biru pabrik gula yang sudah terlihat cukup usang.
Menurut Achmad, konsep museum itu dirancang oleh PT Sinergi Colomadu yang merupakan pengelola De Tjolomadue. Perusahaan itu merupakan konsorsium dari sejunmlah Badan Usaha Milik Negara. "Kami juga melibatkan beberapa kelompok seniman dalam membuat konsepnya," katanya.
Hanya saja, bangunan De Tjolomadoe yang selama ini bisa diakses secara gratis oleh masyarakat saat ini sudah mulai berbayar. "Tiket masuknya Rp 25 ribu per orang," katanya. Selain bisa masuk ke museum, pengunjung juga bisa menikmati ruang-ruang lain yang berisi mesin-mesin raksasa hingga cafe-cafe yang tersedia di dalamnya.
Salah satu pengunjung, Andini menyebut bahwa tiket masuk ke Gedung De Tjolomadoe sebenarnya tidak terlalu mahal. "Harga tiketnya saya rasa sepadan dengan apa yang dinikmati di dalamnya," katanya.
Dia berharap, pengelola juga menyediakan pemandu wisata untuk mendampingi pengunjung. "Agar bisa membantu pengunjung untuk membayangkan kondisi dan suasana pabrik gula pada masa lalu," kata dia. Pemandu wisata juga dibutuhkan untuk bisa memahami narasi-narasi yang ada di museum dengan lebih baik.
AHMAD RAFIQ (Karanganyar)